Breaking News
Loading...
Selasa, 17 Maret 2015

Makepung Balapan ala Pulau Dewata Bali

00.19


Jika Madura memiliki karapan sapi, Bali pu memiliki Tradisi yang serupa yaitu Makepung, Dua tradisi ini serupa tetapi tak sama, Namun menjadi tontonan unik segar dan menhibur, Makepung dalam Bahasa Indonesia berarti  Berkejar-kejaran, Makepung adalah Tradisi Yang telah lama melekat pada masyarakat Bali yaitu Tradisi berupa pacu Kerbau, Khususnya bagi masyarakat di kabupaten Jembrana, pad awalnya tradisi ini hanya dimainkan oleh para petani yang dilakukan dusela-sela pekerjaan mereka membajak sawah di musim panen, pada saat itu mereka saling beradu kecepatan dengan menaiki kerbau yang dikaitkan dengan sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.

Semakin lama , kegiatan yang awalnya hanya sebagai mengisi luang waktu petani itu pun semakin berkembang dan semakin banyak diminati oleh banyak kalangan, dan sekarang Makepung telah menjadi atraksi budaya yang menjadi daya tarik di bali karena menarik dan banyak di tonton oleh para wisatawan , termasuk para turis asing yang datang, tidak hanya itu bahkan lomba pacu kerbau ini sudah menjadi agenda yang rutin pertahunya dan masuk dakam wisata Bali yang dikelola dengan profesional.

Pada sekarang ini Budaya Makepung ini tidak hanya diikuti oleh para kalangan petani saja, namun para pengusaha dan paraa pegawai pun banyak yang menjadi peserta maupun menjadi penonton, apa lagi dalam sebuah perlombaan besar misalnya saja di ajang Gubernur cup peserta Makepung yang hadir bisa mencapai 300 pasang kerbau bahkan bisa lebih, suasana pun menjadi lebih meriah dengan hadirnya para pemusik jegog, Jegog sendiri adalah gamelan khas bali yang terbuat dari bmbu bertujuan untuk lebuh memeriahkan suasana lomba.


Saat makepung di perlombaakan pada sekitar tahun 1970an , Kelengkapan dan aturan Makepung itu sendiri pun ikut mengalami beberapa perubahan, Misalnya pada kerbau, kerbau yang mulanya hanya seekor, sejarang ditambahkan menjaadi sepasang, dan Gerobak Joki (Cikar) yang dahulu berukuran besar, kini diganti denga ukuran yang lebih kecil, dan paraa kerbau peserta Makepung pun sekarang menjadi lebih modis dengan dihias oleh berbagai macam hiasan berupa mahkota yang terpasang di kepala kerbau serta bendera merah atau hijau yang masing-masing dipasangkan pada Gerobak Joki (Cikar), sementara untuk arenanya sendiri berupa track tanah berbentuk U sepanjang 1 sampai 2 Kilo Meter.

Makepung memiliki aturan yang cukup unik, dan berbeda dengan Karapan sapi ataupun event yang bersifat race lainya, karena pemenang pada lomba ini tidak hanya di tentukan dari siapa pasang kerbau dan peserta yang berhasil mencapai garis finish pertama kali saja, namun di tentukan juga dari jarak antara peserta yang bertanding, ayng artinya seorang peserta akan memenangkan lomba jika dia menjadi yang terdepan saat mencapai finish dan juga mampu menjaga jarak sejauh 10m dengan peserta yang berada di bekangnya.
Tetapi bila peserta yang ada dibelakangnya bisa mempersempit jarak dengan peserta yang ada di depanya, maka kerbau yang berada dibelakang itulah yang akan menjadi pemenangnya, dalam perlombaan ini di hitung delapan sampai sepuluh menit dalam setiap racenya.

Penggemar dan peserta Makepung di Jembrana terbagi menjadi dua kelompok yang dikenal dengan nama Blok Barat dan Blok Timur. Pembagian blok ini berdasarkan aliran Sungai Ijo Gading yang membelah ibukota Kabupaten Jembrana. Kedua blok akan bertemu dalam perlombaan resmi setiap dua minggu sekali. Dan, masing-masing blok mempunyai sirkuit sendiri yang kerap digunakan sebagai lokasi berlatih ataupun lomba yang bersifat resmi.

 Hal yang membuat Makepung ini menjadi lebih unik seru dan menarik adalah pada ekspresi pada seorang joki yang berada diatas Cikar dan sedang memberikan semangat pada kedua kerbaunya dengan cara berteriak yel-yel daerahnya massing masing, sang Joki juka mlucuti kerbau dengan sebuah tongkat selama berpacu diatas jalur perlombaan yang selebar 2 meter ini untuk bisa mencapai kecepatan yang maksimal.
Beberapa joki juga menggunakan tongkat khusus di mana terdapat paku-paku kecil yang menempel pada tongkat tersebut. Maka, tak mengherankan bila kerbau yang digunakan berdarah-darah setelah mengikuti lomba ini. Yang menambah serunya Makepung, dalam setiap lomba hampir selalu ada joki yang gagal mengendalikan kerbaunya. Hal ini kerap terjadi saat ada peserta yang akan menyalip peserta lainnya. Dan, saat kerbau lepas kendali, ia pun akan keluar lintasan dan akhirnya terperosok ke petakan sawah ataupun terbalik. Penonton pun bersorak-sorak

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer