Breaking News
Loading...
Selasa, 17 Maret 2015

Karapan Sapi sebagai Tradisi dan Pesta Masyarakat Madura

23.12

Karapan sapi menurut masyarakat Madura ini bukan hanya sekedar sebuah pesta rakyat yang perayaanya di gelar setiap tahunya, Karapan sapi bukan juga sebuah tradisi yang dilakukan secara turun menurun dari suatu generasi kegenerasi yang berikutnya, tetapi karapan sapi adalah sebuah kebudayaan yang mengangkat martabatn para masyarakat,
Tidak ada yang tahu percis tentang awal mula Karapan sapi ini, Tetapi berdasarkan sumber lisan yang di warisi secara turun temurun telah diketahui jika karapan sapi pertama kali dipopulerkan aleh seorang pangeran katandur yang asalnya dari pulau Sapudi, Sumenep pada abad ke 13.

Pad awalnya pangeran itu hanya sekedar ingin memanfaatkan sebagai pengolah sawah saja, belajaar dari ketekunan bagaimana cara sapi bekerja membajak sawah, dan mengolah persawahan. ternyata berhasil tanah yang awalnya tanduspun berubah menjadi tanah yang subur.

Tentu saja para masyarakat desa mengikuti jejak pangeran tersebut karena melihat gagasan yang bagus dan hasil yang postif, dan pada ahirnya seluruh tanah yang berda di pulau Sapudi tersebut yang awalnya hanya tanah yang gersang, kini menjadi sebuah tanah yang subur yang bisa untuk ditanami padi, dan hasil panenya pun sangat berlimpah dan jadilah daerah yang subur dan makmur.


Sebagai ungkapan kegembiraan atas hasil dari panen yang melimpah pangeran Ketandur ini mempunyai inisiatif dan mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi, dan gagasan balapan sapi pangeran Ketandur itulah yang sampai saat ini terus berkembang dan dijaga kelestarianya, hanya saja namanya di ganti menjadi Karapan Sapi

Bagi masyarakat Madura Karapan Sapin ini bukan hanya sebagai tradisi saja melainkan juga sebagai acara pesta rakyat yang dilaksanakan setelah sukses mendapatkan hasil panen padi ataupun tembakau, Karaapan Sapi di madura juga memiliki bidangnya masing-masing, misalnya saja di bidang ekonomi (keseempatan masyarakat untuk berjualan), peran magis atau religius (Misalnya ada perhitungan tertentu bagi para pemilik sapi sebelum bertanding dan ada mantra-mantra kususnya juga,  bidang seni rupa (ada pada peralatan yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan berkembang).

Pengertian Kerapan 

Kata karaapan yang artinya adalah adu sapi memakai kaleles, dan kaleles sendiri adalah sarana pelengkap tempat joki yang menurut stilahmadura adalah Tukang Tongko sapi sapi yang aakan ikut balapan akan di pertautkan dengan Pangonong pada bagian lehernya sehingga menjadi satu pasangan.
Masyarakat madura membedakan antara Karapan sapi dengan Sapi Kerap, Kerapan sapi adalah sapi yang sedang dipacu dalam keadaan bergerak, dinamis, dan berlari. sedangkan Sapi kerap adalah sapi untk kerapan baik satu ataupun lebih, ini untuk membedakan dengan sai0 biasa. Ada beberapa kerapan yaitu “kerrap kei” (kerapan kecil), “kerrap raja’’ (kerapan besar), ‘kerrap onjangan” (kerapan undangan), “kerrap jar-ajaran” (kerapan latihan).

Kaleles sebagai sarana untuk kerapan yang dinaiki tokang tongko dari waktu ke waktu mengalami berbagai perkembangan dan perubahan. Kaleles yang dipakai dipilih yang ringan (agar sapi bisa berlari semaksimal mungkin), tetapi kuat untuk dinaiki tokang tongko (joki). 


Saapi kerap pilihan juga memiliki ciri-ciri tertentu, misalnya tegar tegak serta kokoh, berkuku rapat, berekor panjang, berdada air, bertubuh panjang, dan gemuk. Cara pemeliharaan sapi kerap pun juga berbeda dengan sapi pada biasanya, sapi kerap ini sangat memperhatikan bagaimana massalah kesehatan, masalah makanya dan pada saaat tertentu diberukan jamu, sering juga biaya untuk sapi karapan ini tidak sebanding dengan hadiah yang didapat jika menang dalam perlombaan, tetapi menjadi kebanggan tersendiri bagi pemilik sapi kerap dan harganyapun bisa melonjak tinggi.

Ada tiga macam sapi kerap yaitu sapi yang dingin )apabila akan dikerap harus dicemeti berkali-kali), (Sapi , sapi yang cepat panas (hanya dengan diolesi bedak panas dan obat-obatan cepat terangsang), dan sapi kowat kaso (kuat lelah, memerlukan pemanasan terlebih dahulu).

Pada saat sapi akan diperlombakan si pemilik sapi harus mempersiapkan tikang tongko atau jokinya, tukang tambeng yang bertugas menahan, dan melepaskan rintangan untuk berpacu,  “tukang gettak” (penggertak sapi agar sapi berlari cepat), “tukang gubra” (orang-orang yang menggertak sapi dengan bersorak sorai di tepi lapangan), “tukang ngeba tali” (pembawa tali kendali sapi dari start sampai finish), “tukang nyandak”(orang yang bertugas menghentikan lari sapi setelah sampai garis finish), “tukang tonja” (orang yang bertugas menuntun sapi).

Beberapa peralatan yang penting dalam kerapan sapi yaitu kaleles dan pangonong, “pangangguy dan rarenggan” (pakaian dan perhiasan), “rokong” (alat untuk mengejutkan sapi agar berlari cepat). Dalam kerapan sapi tidak ketinggalan adanya “saronen” (perangkat instrumen penggiring kerapan). Perangkatnya terdiri dari saronen, gendang, kenong, kempul, krecek dan gong.

Adu Gengsi 

Pemilik sapi karapan memperoleh gengsi yang tinggi manakala mampu memenangkan lomba tradisional tersebut. Selain itu, harga pasangan sapi pemenang karapan langsung melambung. Mislnya, harga sapi yang memenangkan lomba Karapan Sapi 2003 melambung menjadi Rp200 juta dari 2 tahun sebelumnya hanya Rp40 juta. 

Untuk membentuk tubuh pasangan sapi yang sehat membutuhkan biaya hingga Rp4 juta per pasang sapi
 untuk makanan maupun pemeliharaan lainnya. Maklum, sapi karapan diberikan aneka jamu dan puluhan telur ayam per hari, terlebih-lebih menjelang diadu di arena karapan. Berdasarkan tradisi masyarakat pemilik sapi karapan, maka hewan tersebut menjelang diterjunkan ke arena dilukai di bagian pantatnya yakni diparut dengan paku hingga kulitnya berdarah agar dapat berlari cepat. Bahkan luka itu diberikan sambal ataupun balsem yang dioles-oleskan di bagian tubuh tertentu antara lain di sekitar mata.

Sehari sebelum lomba dilaksanakan, pasangan sapi dan pemilik serta sejumlah kerabatnya menginap di tenda yang dipasang di lapangan. Tidak lupa rombongan itu dimeriahkan oleh kelompok musik tradisional Sronen yang mengarak pasangan sapi menjelang dipertandingkan. Bahkan jasa dukun pun diperlukan dalam kegiatan karapan sapi. Para “penggila” Kerapan Sapi melakukan itu semua demi sebuah gengsi atau prestise yang memang merupakan watak khas orang Madura

Pesta Rakyat 

Pada umumnya sebuah penyelenggaraan pesta rakyat karapan sapi ini sangat diminati oleh semuruh masyarakat madura, hal ini dibuktikan jika setiap kali penyelngaraan kaarapan sapi diperkirakan masyarak yang mengadiri bisa mencapai 1000 sampai 1500 orang, yang menghadiri pesta masyarakat tersebut dari berbagia golongan kalangan maupun masyarakat madura yang berbaur menjadi satu dalam kegembiraan.

Selain hanya sekedar menonton daya tarik sendiri dalam karapan sapi ini adalah memasang taruhan antara sesama penonton, jumlaah taruhan yang pasangkan pun bervariasi, mulai dari seribu rupiah sampai puluhan ribu, bahkan bisa mencapai ratusan juta rupiah Biasanya penonton yang berdiri disepanjang arena taruhannya kecil, tidak sampai jutaan. Tetapi, para petaruh besar, sebagian besar duduk di podium atau hanya melihat dari tempat kejauhan. Transaksinya dilakukan di luar arena, dan biasanya berlangsung pada malam hari sebelum karapan sapi dimulai.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer