Breaking News
Loading...
Sabtu, 04 April 2015

Tari Yapong salah satu Tarian Jakarta

22.11

Tari Yapong merupakan suatu jenis tarian tradisional yang diciptakan untuk pertunjukan. Pada mulanya, Yapong bukan tari pergaulan seperti Jaipongan dari Jawa Barat, namun kemudian dalam perkembangannya kadang kala berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara sesuai permintaan karena tarian ini penuh dengan variasi.  Tari Yapong memiliki gerakan yang gembira, dinamis, dan erotis. Istilah Yapong ini lahir dari bunyi lagunya ya, ya, ya, ya, yang dinyanyikan artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan pong, pong, pong, sehingga lahirlah “ya-pong” dan berkembang menjadi Yapong. Tak ada makna apapun yang terkandung dalam penamaan Yapong, karena seperti yang telah diungkapkan penamaan tersebut merupakan onomatope dari bunyi-bunyi yang terdapat dalam musik dan tarian tersebut.  Secara sosiologis, kebudayaan Jakarta tidak hanya didomonasi oleh masyarakat Betawi, tetapi merupakan perpaduan antara unsur-unsur budaya masyarakat yang ada di dalamnya, termasuk Tari Yapong. Tarian ini diwarnai oleh tari rakyat Betawi, kemudian diolah dengan unsur-unsur tari pop, antara lain unsur tari daerah Sumatera. Karena kesenian Betawi banyak dipengaruhi oleh unsur kesenian Tionghoa, maka dalam tari Yapong juga tidak terlepas dari pengaruh unsur kesenian Tionghoa, misalnya dalam kain yang dipakai oleh para penari terdapat motif-motif naga dengan warna merah menyala seperti kostum penari khas pemain Opera Beijing. Selain itu, corak pakaian yang dikenakan oleh para penarinya, merupakan pengembangan pakaian tari Kembang Topeng Betawi. Tampak jelas bentuk serta ragam hias tutup kepala serta selendangnya yang disebut toka-toka.  Alat musik yang digunakan saat tarian ini dipergelarkan adalah campuran antara Betawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat.  Yapong diciptakan oleh Bagong Kusudiardjo awal tahun 1975 sebagai bagian Teater Tari Pangetan Jayakarta dalam rangka mempersiapkan acara peringatan HUT Kota Jakarta ke-450 pada tahun 1977. Tari untuk perempuan ini awalnya banyak dipengaruhi oleh tarian Topeng Blantek. Tahun 1977, Dinas Kebudayaan DKI menyiapkan sebuah pergelaran tari massal yang spektakuler dengan mempergelarkan cerita perjuangan Pangeran Jayakarta. Untuk mempersiapkan pergelaran itu, Bagong mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan masyarakat Betawi melalui perpustakaan, film, slide maupun langsung pada masyarakat Betawi. Akhirnya pergelaran tari ini berhasil dipentaskan pada tanggal 20 dan 21 Juni 1977 di Balai Sidang Senayan. Pementasannya didukung 300 orang artis dan musikus. Dalam adegan tersebut dipertunjukkan suasana gembira menyambut kemenangan Pangeran Jayakarta.  Bagong Kussudiarjo seusai pementasan menggubah tari Yapong dari bentuk sendratari kemudian mengembangkannya sebagai tarian lepas. Setelah menjadi tarian lepas, dalam tarian tersebut memanfaatkan instrumen Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring.  Selain itu, penyajian yang baru diciptakan oleh Warta Selly, Wiwiek Widiastuti, dan Joko Sudarsono. Kali ini, Tari Yapong digunakan untuk acara-acara resmi seperti penyambutan tamu dan kenduri. Selanjutnya, adanya instrumen rebana juga memengaruhi perkembangan tarian ini, gerakan Gitek Balen diciptakan oleh Abdurachman merupakan respon dari suara rebana tersebut. Gitek berarti goyang, dan Balen merupakan pola dari pukulan instrumen tersebut. secara keseluruhan, tarian yang kita kenal sebagai Tari Yapong ini merupakan gambaran dari dinamika tubuh perempuan dewasa.
Tari Yopong
Tari Yapong  salah satu jenis tarian tradisional yang pada awal mulanya bukan merupakan tari pergaulan seperti halnya Tari Jaipong yang berasal dari Jawa Barat, Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman Tari Yapong ini sering kali berfungsi sebagai tari pergaulan untuk mengisi acara sesuai permintaan karena tari ini penuh dengan variasai.
Tari Yapong ini mempunyai gerakan yang dinamis, erotis serta riang gembira. istilah dari nama Yapong ini lahir dari salah satu lirik lagunya yang berbunyi " Ya Ya Ya Ya Ya" yang dinyanyikan oleh artis pengiringnya serta suara musik yang berkesan " Pong Pong Pong" sehingga lahirlah " Ya dan Pong " dan berkembang menjadi Yapong. tidak ada makna apapun yang terkandung dalam penamaan Yapong ini, Karena seperti yang sudah dijelaskan nama tersebut merupakan onomatope dari bunyi-bunyi dalam musik dan tarian tersebut. 
Jika dilihat secara Geologis, Kebudayaan jakarta ini tidak hanya didominasi oleh masyarakat Betawi saja, akan tetapi merupakan perpaduan antara unsur-unsur Budaya masyarakat yang berada didalamnya, termasuk juga Tari Yopong, Tarian ini diwarnai oleh masyarakat Betawi, yang kemudian diipadukan dengan unsur-unsur tari pop, antara lain unsur Tari dari daerah Sumatera, Karena sebagian besar kesenian Betawi banyak dipengaruhi oleh unsur kesenian Tionghoa, maka Tari Yapong ini juga tidak terlepas dari pengaruh unsur kesenian Tionghoa, Contohnya pada kain yang dipakai para penari yang terdapat motif motif bergambar naga yang berwarna merah menyala seperti halnya penari khas pemain opera Beijing, salah satu corak pakaian yang dikenakan oleh penarinya adalah perkembangan pakaian tari kembang Topeng Betawi, yang tampak jelas bentuk dan ragam hias penutup kepala serta selendangnya yang disebut Toka-toka. Alat musik yang digunakan saat tarian ini dipergelarkan adalah campuran antara Betawi, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Pada awal tahun 1975 Bagong Kusudiarjo menciptakan Tari Yapong ini sebagi bagian dari Teater Tari pangetan Jayakarta dalam rangka mempersiapkan acara peringatan ulang tahun kota Jakarta  yang ke 450 pada tahun 1977, Tari untuk perempuan ini pada awalnya banyak dipengaruhi oleh Tarian Topeng Blantek, pada tahun 1977, Dinas Kebudayaan Dki menyiapkan sebuah pagelaran tarian masal yang sangat spektakuler dengan mempertunjukan cerita perjuangan pangeran Jayakarta untuk mempersiapkan pertunjukan tersebut Bagong sang pencipta tari mengadakan penelitian selama beberapa bulan mengenai kehidupan Rakyat Betawi melalui pustaka film, maupun pada masyarakat Betawi langsung, dan pada ahirnya pada tanggal 20 dan 21 juni 1977 pergelaran Tari ini berhasil di pentaskan di balai sidang Senayan, pertunjukan inipun turut didukung oleh 300 orang artis dan mistikus, dalam adegan dalam pertunjukan tersebut mempertunjukan suasana yang gembira menyambut kemenagan dari pangeran Jayakarta. 
Setelah pementasan selesai Bagong Kussudiarjo mengubah tari Yapong yang pada awalnya berbentuk sendratari kemudian mengubahnya sebagai tari lepas, setelah menjadi tarian lepas,  dalam tarian tersebut memanfaatkan instrumen Rebana Biang, Rebana Hadroh, dan Rebana Ketimpring.
Selain itu, Warta selly, Wiwiek Widiastuti dan Joko Sudarsono  menciptakan penyajian baru kali ini Tari Yopong digunakan untuk acara-acara resmi seperti Kenduri dan Penyambutan Tamu, setelahnya dengan adanya instrumen rebana turut mempengaruhi perkembangan tarian ini. gerakan Gitek Balen diciptakan oleh Abdurachman yang merupakan respon dari suara rebana tersebut, Gitek yang berarti Goyang serta Balen yang merupakan Pola dari pukulan instrumen tersebut, Tari Yapong ini merupakaan gambaran dari dinamika tubuh perempuan dewasa. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer