Breaking News
Loading...
Jumat, 18 Juli 2014

Karapan sapi atradisi pesta rakyat madura

08.39


warga madura berpendapat, karapan sapi bukan hanya sekadar sebua pertunjukan pesta rakyat yang perayaannya digelar setiap tahun.  bukan juga hanya sebuah tradisi yang dillakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karapan sapi itu sendiri adalah spertunnjukan kebanggaan yang akan mengangkat martabat di masyarakat. 

tidak ada yang tau persis asal muasal karapan sapi ini, teapi berdasarkan sumber lisan yang diwariskan secara turun temurun kita ketahui bahwa Kerapan Sapi ini pertama kali diperkenalkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep pada abad 13.

Awalnya ia hanya ingin memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah. berawal dari ketekunan bagaimana cara membajak sapinya bekerja ,mengolah tanah persawahan, ternyata sukses dan tanah yang tandus pun berubah menjadi tanah yang subur.

hal positif yang dihasilkan dari sapi tersebut,  masyarakat desa pun mengikuti jejak Pangerannya. dan pada Akhirnya tanah di seluruh Pulau Sapudi yang tadinya gersang,kini telah menjadi tanah subur yang dapat ditanami padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur.

masa panen pun tiba  Pangeran Ketandur mempunyai inisiatif mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi. daeraah tanah sawah yang sudah dipanen pun dimanfaatkan sebagai arena untuk balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan sapi pun gagasan Pangeran Ketandur itulah yang hingga saat ini terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Hanya saja namanya diganti lebih populer dengan "Kerapan Sapi".

Bagi sebagian masyarakat Madura, selain sebagai tradisi jarapan sapi pun juga menjadi pesta rakyat yang dilakukan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Kerapan sebagai pesta rakyat di Madura juga mempunyai peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi (kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan), peran magis religius (misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu), bidang seni rupa (ada pada peralatan yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan berkembang).

Anatomi Kerapan 

Pengertian karapan sapi berasal dari kata “kerapan” yang artinya adu sapi memakai “kaleles”. Kaleles itu sendiri adalah sebuah sarana pelengkap untuk dinaiki sais/joki yang menurut istilah Madura disebut “tukang tongko”. Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan “pangonong” pada leher-lehernya sehingga menjadi pasangan yang satu.

Orang Madura juga memberi perbedaan antara “kerapan sapi” dan “sapi kerap”. Kerapan sapi adalah sapi yang sedang diadu pacunya, dalam kaedaan bergerak, berlari dan dinamis. Sedangkan sapi kerap adalah sapi yang hanya untuk kerapan baik satu maupun lebih. Ini untuk membedakan dengan sapi biasa. Ada macam macam kerapan yaitu “kerrap kei” (kerapan kecil), “kerrap raja’’ (kerapan besar), ‘kerrap onjangan” (kerapan undangan), “kerrap jar-ajaran” (kerapan latihan).

Kaleles sebagai sarana untuk kerapan yang dinaiki tokang tongko dari waktu ke waktu mengalami berbagai perkembangan dan perubahan. Kaleles yang dipakai dipilih yang ringan (agar sapi bisa berlari semaksimal mungkin), tetapi kuat untuk dinaiki tokang tongko (joki).

Sapi kerap adalah sapi pilihan dengan ciri-ciri tertentu. Misalnya berdada air artinya kecil ke bawah, berpunggung panjang, berkuku rapat, tegar tegak serta kokoh, berekor panjang dan gemuk. Pemeliharaan sapi kerap juga sangat berbeda dengan sapi biasa. Sapi kerap sangat diperhatikan masalah makannya, kesehatannya dan pada saat-saat tertentu diberi jamu. Sering terjadi biaya ini tidak sebanding dengan hadiah yang diperoleh bila menang, tetapi bagi pemiliknya merupakan kebanggaan tersendiri dan harga sapi kerap bisa sangat tinggi.

Sapi kerap ada tiga macam yaitu sapi yang “cepat panas” (hanya dengan diolesi bedak panas dan obat-obatan cepat terangsang), sapi yang “dingin” (apabila akan dikerap harus dicemeti berkali-kali), dan sapi “kowat kaso” (kuat lelah, memerlukan pemanasan terlebih dahulu).

Pada waktu akan dilombakan pemilik sapi kerap harus mempersiapkan tukang tongko (joki), “tukang tambeng” (bertugas menahan, membuka dan melepaskan rintangan untuk berpacu), “tukang gettak” (penggertak sapi agar sapi berlari cepat), “tukang gubra” (orang-orang yang menggertak sapi dengan bersorak sorai di tepi lapangan), “tukang ngeba tali” (pembawa tali kendali sapi dari start sampai finish), “tukang nyandak”(orang yang bertugas menghentikan lari sapi setelah sampai garis finish), “tukang tonja” (orang yang bertugas menuntun sapi).

Beberapa peralatan yang penting dalam kerapan sapi yaitu kaleles dan pangonong, “pangangguy dan rarenggan” (pakaian dan perhiasan), “rokong” (alat untuk mengejutkan sapi agar berlari cepat). Dalam kerapan sapi tidak ketinggalan adanya “saronen” (perangkat instrumen penggiring kerapan). Perangkatnya terdiri dari saronen, gendang, kenong, kempul, krecek dan gong.

Pesta Rakyat 

pada umumnya sebuah pesta rakyat, penyelenggaraan Kerapan Sapi juga sangat diminati oleh masyarakat Madura. Setiap kali penyelenggaraan Kerapan Sapi diperkirakan masyarakat yang hadir bisa mencapai 1000-1500 orang. Dalam pesta rakyat itu berabagai kalangan maupun masyarakat Madura berbaur menjadi satu dalam atmosfir sportifitas dan kegembiraan.

hal lain yang bisa menarik penonton dari karapan sapi ini adalah kesempatan untuk bertaruh antarsesama penonton. Jumlah taruhannya pun bervariasi, mulai dari yang kelas seribu rupiahan sampai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Biasanya penonton yang berdiri disepanjang arena taruhannya kecil, tidak sampai jutaan. Tetapi, para petaruh besar, sebagian besar duduk di podium atau hanya melihat dari tempat kejauhan. Transaksinya dilakukan di luar arena, dan biasanya berlangsung pada malam hari sebelum karapan sapi dimulai.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer