Breaking News
Loading...
Selasa, 01 Juli 2014

Borobudur salah satu peninggalan terbaik dunia

01.37

BOROBUDUR

Borobudur adalah salah satu candi peninggalan sejarah yang sangat indah dan terbaik di dunia yang tercatat didalam Daftar Peninggalan Sejarah Dunia. Candi Borobudur adalah suatu bangunan agama Budha terbesar di dunia dan telah diakui sebagai peninggalan sejarah terbesar yang pernah dibuat oleh manusia dan sampai saat ini pun selalu didatangi oleh jutaan turis domestik maupun mancanegara. Borobudur mempunyai bentuk bangunan yang tiadak ada tandingannya di dunia. Bentuk arsitekturnya pun terinspirasi dari filsafat micro cosmos yang akan menimbulkan berbagai pertanyaan seperti kapan, bagaimana caranya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun dan oleh siapa candi itu di bangu.

Jawaban yang pasti akan hal tersebut pun sampai saaat ini masih menjadi sebuah misteri karena tidak adanya satu dokumen pun yang bisa ditemukan. Berdasarkan tulisan singkat yang ada pada prasasti yang ditemukan, maka banyak para ahli menyatakan bahwa Borobudur itu dibangun pada sekitar abad ke 8 ketika Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra memerintah kerajaannya di Jawa Tengah. Borobudur memilikia arti yang samar-samar, akan tetapi sebenarnya kata tersebut merupakan gabungan dari sebuah kata "Bara" dan "Budur". Bara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti komplek candi atau biara, sementara Budur mengingatkan akan kata dari Bahasa Bali yang berarti di atas. jadi, Borobudur berarti biara yang terletak di atas bukit.

Borobudur adalah sebuah bangunan yang memiliki ornamen yang mengandung fosofi dimana ornamen-ornamen itu mempunyai symbol kesatuan dalam perbedaan yang dapat diikuti oleh semua orang untuk mencapai tujuan hidup yang paling mulia. Relief-relief yang terpahat pada tembok-tembok candi menceritakan akan ajaran hidup manusia yang sangat indah. Dengan kata lain, Borobudur adalah jiwa dari seni, budaya dan filsafat.

Borobudur juga merupakan Candi Budha terbesar di dunia yang menajadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. berada disebelah Barat Laut kota Yogyakarta, kurang lebih sejauh 42 km. yang Dibangun pada abad ke 8, dengan kerja keras serta keringat yang membasahi dibawah teriknya sinar matahari daerah tropis, ditunjang dengan ketekunan para pekerja dan dedikasi yang tinggi dari kerabat dan rakyat wangsa Cailendra yang berkuasa pada saat itu. Candi itu benar-benar memperlihatkan kebesaran dan kemakmuran rakyat kerajaan Cailendra, yang berusaha menggambarkan riwayat hidup Sidharta Gautama dan menjelaskan ajaran-ajarannya melalui relief-relief yang terukiir indah pada dinding candi.


keindahan alam yang berada disekeliling candi dapat dilihat dari bukit, gunung Sumbing yang merupakan salah satu type gunung indah dan type gunung berapi yang ada di Jawa Tengah pulau Jawa yang mengeluarkan asap terlihat di sebelah barat di antara awan yang bergerak. Bangunan ini adalah salah satu peninggalan nenek moyang kita yang sangat berharga, bukan hanya bagi bangsa Indonesai tapi sebagai warisan dunia.

Bangsa Indonesia juga patut berbangga, karena selain candi yang sering disebut-sebut sebagai salah satu keajaiban dunia -- dan mengundang minat orang dari seluruh penjuru dunia untuk mengunjunginya -- Di sebelah barat candi Buddha ini juga membujur Pegunungan Menoreh, yang terlihat seperti seseorang yang sedang tidur. Bahkan ada juga cerita menyebutkan, bahwa itu adalah sang Gunadharma yang sedang tidur setelah selesai melakukan pembangunan Candi Borobudur. Konon, sang Gunadharma akan bangkit 1.000 tahun setelah tidur panjangnya untuk kembali memimpin bangsanya.

Lantas apa arti dari relief-relief yang terdapat pada dinding-dinding candi? Ukiran relief yang terdapat di dinding candi yang didalamnya mengandung banyak ajaran moral dan etika bagi masyarakat Jawa kuno, yang pada masa itu sengaja dimanfaatkan oleh para penguasa untuk menghindari konflik, perselisihan, dendam, serta untuk menanamkan saling pengertian satu sama lain . beberapa candi di Jawa Tengah, seperti Candi Mendut, Prambanan, dan Sojiwan, mengusung pesan-pesan itu. Selain itu, relief-relief candi juga menggambarkan kemakmuran dan kemajuan peradaban masyarakt waktu itu.

Tidak banyak catatan yang menyebutkan. Hanya saja, arkeolog JG de Casparis mengkaitkan
pembangunan Candi Borobudur itu dengan asal usul raja-raja Sailendra yang beragama Buddha. Dalam salah satu prasasti yang bertarikh 842 Masehi terdapat kalimat kamulan I bhumi sambhara. Candi Borobudur itu sendiri setelah melalui masa kejayaannya, kemudian berangsur-angsur ditinggalkan dan akhirnya hanya menjadi onggokan yang banyak ditumbuhi pepohonan. Baru kemudian pada abad ke-18 Masehi, terdapat catatan yang menyebut Borobudur. Persisnya, di dalam Babad Tanah Jawi. Dikisahkan bahwa seorang pemberontak, Mas Dono yang melawan Sri Susuhunan Paku Buwono I, tertangkap di Desa Borobudur. Setengah abad kemudian, muncul lagi catatan, kali ini seorang pangeran dari Kasultanan Yogyakarta yang menyaksikan seribu arca di Borobudur.

Setelah kembali sepi dari perbincangan dan catatan tertulis, Borobudur mendapat perhatian dari Sir Thomas Stamfford Raffles. Pada 1834, ketika berkunjung ke Semarang, Raffles mendapat berita tentang temuan bangunan kuno yang terpendam dalam tanah. Raffles kemudian mengirimkan seorang perwira militer, Cornelius untuk membuktikan kebenarannya. Saat mengunjungi Borobudur, Cornelius dibantu dengan penduduk setempat membersihkan bangunan itu dari semak belukar dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Pekerjaan membersihkan itu berakhir 1835 hingga seluruh bangunan terlihat.

Borobudur memiliki langgam candi yang sering disebut langgam Jawa Tengah Selatan. Ini berbeda dengan langgam Jawa Tengah Utara sebagaimana yang diwakili candi-candi Dieng, Gedongsongo dan lainnya, serta berbeda pula dengan candi-candi Jawa Timur. Ciri langgam Jawa Tengah Selatan ini antara lain bentuknya tambun, kebanyakan terbuat dari batu andesit, atapnya nyata berundak-undak, pintu berhiaskan kala makara, reliefnya timbul agak tinggi, kebanyakan menghadap ke timur, dan letak candi utama berada di tengah halaman.

Sementara itu, bangunan Candi Borobudur sebagai bentuk stupa, memiliki tiga tingkatan utama, yakni Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Kamadhatu, bagian kaki, saat ini sudah tidak terlihat. Yang ada sekarang adalah batu-batu polos yang mencapai lebih dari 11.000 meter kubik menutup bagian kaki yang sebenarnya. Diperkirakan, pada saat bangunan ini sedang dibuat, batu-batu menjadi melesak ke dalam dan perlu ditambah dengan batu penguat baru yang kemudian menutupi batu asli. Pada bagian ini terdapat relief yang menceritakan Karmawibhangga yang melukiskan sebab dan akibat. Di atasnya, Rupadhatu, terdiri dari empat lorong bujur sangkar dan tiap lorong terdapat pagar langkan. Di bagian ini terdapat relief yang memuat cerita Gandaywuha, Lalitawistara, Awadana, dan Jataka. Kemudian memasuki tingkat atasnya lagi Arupadhatu. Sebelum memasuki tingkatan Arupadhatu, akan memasuki dataran berbentuk bujur sangkar tetapi tembok dalamnya sudah berbentuk lingkaran. Tidak seperti stupa-stupa yang berada di bagian bawahnya, pada stupa di Arupadhatu tidak ditemukan kisi-kisinya lagi.

Candi Borobudur, sebagai sebuah monumen raksasa memang patut untuk dikunjungi dan dijaga kelestariannya. Betapa tidak, bangunan ini juga memuat setidaknya 11 seri relief dengan tidak kurang dari 1.460 adegan. Sementara itu, di lingkungan Candi Borobudur juga bisa ditemukan arca dalam jumlah sangat banyak. Arca Buddha yang ada sangat mudah dikenali. Sang Buddha digambarkan dalam posisi duduk dengan mengenakan pakaian rahib, bahu kanan terbuka. Di bagian kepalanya terdapat semacam gelungan rambut yang disebut ushita, rambut ikal melingkar ke arah kanan, dan di antara kedua alis terdapat tonjolan kecil yang disebut urba.

Patung Buddha yang sendirian tidak pernah memegang sesuatu di tangannya kecuali yang ada dalam relief. Namun tangannya selalu menunjukkan sikap tertentu (mudra). Sedangkan di relung-relung di atas pagar langkan tingkat pertama terdapat patung Manushi Buddha yang menghadap ke luar. Tiap arah tertentu ditempati oleh Manushi Buddha tertentu pula. Di timur ditempati Kanakamuni, selatan Kacyapa, barat Cakyamudi, dan utara Maitreya. Masih ada lagi patung-patung Dhyani Buddha. (deni:berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer