Breaking News
Loading...
Rabu, 01 Maret 2017

Tumpeng, Makna Filosofi Masyarakat Indonesia

00.18
Tumpeng, Makna Filosofi Masyarakat Indonesia - Nasi tumpeng memang sudah tidak asing lagi didengar kususnya pada masyarakat jawa, nasi tumpeng atau yang biasa dikenal dengan "tumpeng" saja adalah salah suatu kebudayaan yang sampai saat ini masih sangat esksis dan masih dipercaya dihadirkan pada saat perayaan-perayaan tertentu baik itu yang sifatnya simbolis maupun ritual, Tumpeng ini sendiri merupakan nasi yang berwarna kuning yang dibentuk kerucut dengan lauk pauk didalamnya, tumpeng juga sudah menjadi bagian yang sangat lekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kususnya pada saat merayakan peristiwa-peristiwa yang penting. 

Tumpeng ini sendiri dapat kita temukan tidak hanya di desa-desa saja di kota-kota besar pun juga banyak kita jumpai tumpeng ini, Dimulai dari masyarakat di pulau Jawa, Madura dan Bali, kini penggunaan tumpeng sudah menyebar ke bagian pelosok nusantara bahkan ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura bahkan Belanda (dikenal dengan nama rijstafel). Meskipun diyakini berasal dari Pulau Jawa, masyarakat seluruh Indonesia sudah memaklumi dan mengenalnya dengan baik.

Tumpeng, Makna Filosofi Masyarakat Indonesia


Bagi masyarakat Jawa ‘tumpeng’ biasa dipakai dalam acara ‘selametan’, yang mengandung nilai-nilai yang sifatnya ritual dan religius. Oleh karena itu, tumpeng juga dapat dimaknai sebagai symbol hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan alam dan dengan sesama manusia.

Sayangnya penyebaran tumpeng yang begitu pesat dan meluas tidak dibarengi dengan pemahaman makna filosofis yang terkandung didalamnya. Bagaikan kotak hadiah yang tampak cantik dari luar namun orang lupa menaruh hadiah di dalamnya, maka berapapun cantik kotak hadiah tersebut, tidak akan punya arti apa-apa. Analogi inilah yang kira-kira terjadi pada tumpeng. Banyak orang yang tahu apa itu tumpeng tetapi tidak tahu artinya.

Padahal apabila dilihat dengan seksama, tumpeng ini sarat dengan makna sehingga apabila makna tersebut dipahami dan diresapi maka setiap kali tumpeng hadir dalam setiap upacara, manusia diingatkan lagi akan kekuasaan Sang Pencipta Alam, pentingnya menjaga keharmonisan dengan alam dan mempelajari nilai nilai hidup darinya serta mempertahankan asas gotong royong, urip tulung tinulung dan nandur kebecikan, males budi yang menjadi dasar kerukunan dan keharmonisan hidup bermasyarakat.

Filosofi Bentuk

Falsafah tumpeng berkait erat dengan kondisi geografis Indonesia, terutama pulau Jawa, yang dipenuhi jajaran gunung berapi. Tumpeng berasal dari tradisi purba masyarakat Indonesia yang memuliakan gunung sebagai tempat bersemayam para hyang, atau arwah leluhur (nenek moyang). Setelah masyarakat Jawa menganut dan dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu, nasi yang dicetak berbentuk kerucut dimaksudkan untuk meniru bentuk gunung suci Mahameru, tempat bersemayam dewa-dewi.

Meskipun tradisi tumpeng telah ada jauh sebelum masuknya Islam ke pulau Jawa, tradisi tumpeng pada perkembangannya diadopsi dan dikaitkan dengan filosofi Islam Jawa, dan dianggap sebagai pesan leluhur mengenai permohonan kepada Yang Maha Kuasa. Dalam tradisi kenduri Slametan pada masyarakat Islam tradisional Jawa, tumpeng disajikan dengan sebelumnya digelar pengajian Al Quran.

Menurut tradisi Islam Jawa, “Tumpeng” merupakan akronim dalam bahasa Jawa: yen metu kudu sing mempeng (bila keluar harus dengan sungguh-sungguh). Lengkapnya, ada satu unit makanan lagi namanya “Buceng”, dibuat dari ketan; akronim dari: yen mlebu kudu sing kenceng (bila masuk harus dengan sungguh-sungguh). Sedangkan lauk-pauknya tumpeng, berjumlah 7 macam, angka 7 bahasa Jawa pitu, maksudnya Pitulungan (pertolongan).  

Filosofi Warna

Selain dari bentuk, warna nasi tumpeng juga memiliki makna dan nilai-nilai filosofis tertentu. Ada dua warna dominan nasi tumpeng yaitu putih dan kuning. Bila kita kembali pada pengaruh ajaran Hindu yang masih sangat kental di Jawa, warna putih diasosiasikan dengan Indra, Dewa Matahari. Matahari adalah sumber kehidupan yang cahayanya berwarna putih. Selain itu warna putih di banyak agama melambangkan kesucian.

Warna kuning melambangkan rezeki, kelimpahan, kemakmuran. Melihat hubungan antara makna dibalik bentuk tumpeng dan warna nasi tumpeng, keseluruhan makna dari tumpeng ini adalah pengakuan akan adanya kuasa yang lebih besar dari manusia (Tuhan), yang menguasai alam dan aspek kehidupan manusia, yang menentukan awal dan akhir, Wujud nyata dari pengakuan ini adalah sikap penyembahan terhadap Sang Kuasa dimana rasa syukur, pengharapan dan doa dilayangkan kepada-Nya supaya hidup semakin baik, menanjak naik dan tinggi seperti halnya bentuk kemuncak tumpeng itu sendiri.  

Filosofi Pemotongan

Puncak sebuah upacara dimana terdapat tumpeng didalamnya ditandai dengan pemotongan bagian teratas atau terlancip kerucut nasi tumpeng tersebut. Pemotongan ini biasanya dilakukan oleh orang yang paling dituakan atau dihormati di komunitas dimana upacara itu dilaksanakan. Ini menyiratkan bahwa masyarakat Jawa adalah masyarakat yang masih memegang teguh nilai nilai kekeluargaan dan memandang orang tua sebagai figur yang sangat dihormati.

Makna filosofi cara memotong tumpeng tercermin dalam ungkapan Jawa mikul dhuwur mendhem jero yang mengandung nasihat kepada anak untuk memperlakukan orang tuanya secara baik. Mikul dhuwur (memikul tinggi) memiliki arti menghormati setinggi-tingginya dan mendhem jero (menanam dalam-dalam) artinya menghargai sebaik-baiknya atau penghargaan yang mendalam terhadap seseorang.

Hal ini terwujud ketika orang yang dituakan memotong ujung kerucut tumpeng dan semua yang hadir memperhatikan dan mengikuti dengan seksama. Ujung kerucut nasi tumpeng adalah bagian yang paling penting dari tumpeng dan diperuntukkan khusus untuk orang yang dituakan sebagai tanda hormat dan bakti. Setelah bagian itu dipotong, barulah yang lain menikmati bagian yang tersisa dari nasi tumpeng tersebut (bagian bawah kerucut).

Demikian tumpeng, tidak sekedar indah secara estetik, namun memiliki makna filosofis yang mulai terkikis. Tumpeng adalah kearifan budaya local hasil dari kreativitas dan akulturasi budaya, tumpeng adalah warisan budaya yang maknanya harus dijaga.

1 komentar:

  1. KESAKSIAN KISAH NYATA 2017

    ASSlamualaikum Wr.Wb. nama saya:rini ahmat asal dari kota manado cari hidup di yogyakarta saya anak 3 dari 6 bersaudara, saya mau berbagi cerita
    dulu saya seorang pembantu di ibu rumah farida kota yogyakarta, setelah saya membuka internet, tanpa sengaja saya
    menemukan satu komentar pengujung yang menceritakan kalau dia perna diberikan ATM GHOIB oleh MBAH BINTANG, dari awal saya
    tidak percaya tapi setela saya hubungi MBAH BINTANG pas jam. 08.oo saya cerita semua dalam kehidupan saya sehari2
    pas BHA BINTANG mendenggar cerita saya lasung membantu saya di suru berangkat ke ATM untuk tarik uang,ternyata
    Betul Ajaib uang 5juta lansung keluar sendirinya Tampa ada bantuan dari Tombol mesin cuma masukan kartu saja ATM GHOIB
    Benar2 Ajaib.kini Ekonomi saya dan keluarga sudah mencukupi dan aku suda membuka toko mas yang ada di kota manado
    karna semua bantuan dari MBAH BINTANG semoga di berikan umur yang panjang AMin agar bisa membantu orang yang susah
    di dunia ini. kalau ada kesulitan Ekonomi segera hubunggi MBAH BINTANG insah ALLAH MBAH akan membantu kalian ini nomornya
    085217085317 semoga anda berhasil ya,,, wasallam!!!



    KLIK:> Solusi Pesoalan Ekonomi 2017

    BalasHapus

 
Toggle Footer