Breaking News
Loading...
Jumat, 27 Juni 2014

Ondel-ondel maskot betawi

01.33

Tidak saatu orangpun yang tahu kapan Boneka raksasa punya masyarakat Betawi pertama kali muncul. tetapi, yang jelas boneka raksasa, dengan tinggi kisaran tiga meter itu diperkirakan sudah ada sejak zaman VOC atau bahkan sebelum VOC datang. boneka raksasa ini biasanya selalu tampil setiap acara ulang tahun Jakarta, atau acara perayaan nasional seperti pesta 17 Agustusan. Cara memainkan Ondel-ondel itu dengan diarak dan memainkannya pun juga tidak boleh sembarangan. menurut kepercayaan masyrakat dahulu ondel-Ondel mengandung unsure magis sehingga ada Ondel-ondel yang dikasih minum dan rokok, tak heran jika boneka raksasa ini menjadi symbol kota Jakarta.
Dahulu, masyarakat Betawi biasa menyebutnya Barongan, yang mungkin berasal dari kata Barengan artinya bareng-bareng atau sama-sama. Sebutan itu berasal dari kalimat ajakan dalam logat Betawi "Yok, kita ngarak bareng-bareng". Setelah Benyamin nyanyi Ondel-ondel, kemudian Barongan itu disebut Ondel-ondel.

Almarhum Benyamin, penyanyi legenda lagu-lagu Betawi itu tentu tadinya tidak bermaksud mengubah sebutan boneka besar Betawi itu. tetapi, tokoh dalam film Si Doel Anak Sekolahan yang bermain bersama Rano Karno itu, sangat berpengaruh, sehingga sebutan Ondel-ondel untuk boneka raksasa itu lebih populer ketimbang Barongan.

Bahan-bahan untuk membuat Ondel-ondel tersebut sangat sederhana. Biasanya wajahnya terbuat dari kayu, kerangka badan dari bambu yang diikat dengan kawat beton. Rambutnya dibuat dari ijuk atau juga lidih, sementara itu kembang-kembangnya dibuat dari kembang kertas minyak atau kertas kado yang mengandung plastic agar tahan air.

Aslinya kerangka badan Ondel-ondel terbuat dari rotan, supaya lebih kuat. tapi karena saat ini rotan sekarang mahal, maka diganti dengan bahan bambu. Dulu, dalam sebuah pertunjukan Ondel-ondel cuma dibikin satu pasang, laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahuinya, Ondel-ondel laki wajahnya berwarna merah, Ondel-ondel perempuan wajahnya berwarna putih, dengan tampilan sederhana. Tapi dalam perkembangannya, bukan hanya gambar mata seperti mata manusia, lengkap dengan alis yang terbuat dari bulu, juga sesekali muncul bisa lima sampai 10 pasang. Dengan ukuran standar, tingginya sekita tiga meter.

Musik yang mengiringi arakkan Ondel-ondel juga memilki peranan penting. Alat tiup agak dominan, selain yang diiringi tabuhan kenong, kemong, dan gendang, sebagai penjaga ritme. Dengan musik itu, baru boneka besar tersebut bisa  joget. Yang menjadi perhatian adalah semua alat-alat musik itu harus dibuat sendiri. Gendang dari kayu, kenong dan kempul terbuat dari plat seng. sekarang, ada juga yang menambahkan instrumen gesek yang asalnya dari gambang kromong, yang bernama tekyan. Kecuali bahan, yang sekarang bisa dibikin dari fiberglass, pertunjukan Ondel-ondel tak banyak berubah dari dulu. Gaya tarianya hanya goyang kiri-kanan, lirik musiknya masih seperti yang dulu. Misalnya lagu Lenggang-lenggang Kangkung, Kicir-kicir, atau Srikuning. Aslinya, Ondel-ondel tidak ada menggunakan lagu, tapi hanya diiringi kendang pencak silat saja. Tapi dalamperkembangannya lagi, ada juga yang mengkombinasikannya dengan musik gambang kromong atau musik tanjidor.

tetapi, ciri khas Ondel-ondel tidak hanya dari penampilan bonekanya maupun musik pengiringnya saja. Tapi bagi mereka yang percaya, Ondel-ondel juga punya pengaruh magis. Sebelum mainkan, Ondel-ondel punya syarat-syarat. Selain ada yang khotbah dulu, juga diberi minum. Bisa diberi minum air kelapa hijau, air putih, sampai kopi manis maupun pait. Kadang-kadang diberi juga bahan-bahan makanan seperti telur, juga rokok. Cara memberi minuman Ondel-ondel dengan cara ditaruh kedalam kerangka tubuhnya. 

Konon dahulu Ondel-ondel biasanya meminta madat. tapi karena madat atau ganja dilarang sebagai gantinya Ondel-ondel diberi rokok lisong, dengan cara ditempelkan di mulutnya. Ondel-ondel juga bisa digunakan untuk menolak bala atau roh jahat. Konon wabah cacar itu hailang, setelah masyarakat mengarak Ondel-ondel mengelilingi kampung. 


dari bahan antara lain kayu dan bambu kira-kira biayanya perpasang, kisaran Rp.400 ribu-1 juta. tetapi sekarang, dibuat dari bahan fiberglass sehingga harganya jauh lebih mahal. Saat ini orang yang merawat budaya Ondel-ondel, sudah tidak banyak lagi. Kebanyakan hanya karena warisan turun-temurun. Yassin (45 th) misalnya, masih ingat kakeknya hidup dari pertunjukkan Ondel-ondel. Tapi Yassin sendiri, punya pekejaan lain, Ondel-ondel hanya menjadi kerja sampingan. "Karena hasilnya sudah tidak seberapa", katanya, "hanya karena tradisi, perlu dilestarikan". 

Begitu juga dengan Asmawi. Pembuat Ondel-0ndel yang sudah memulainya sejak 1942 itu, sedang berpikir untuk mendidik salah seorang anak- cucunya meneruskan merawat budaya Betawi ini. "Tapi belum ada yang kelihatan," katanya. 

Menurut Dinas Kebudayan DKI Jakarta, pembikin Ondel-ondel tinggal pak Asmawi itu. Grup memang masih ada, misalnya selain milik Yassin tadi, ada juga grup di Cijantung, Kemayoran, dan Cakung. Dan untuk melestarikan Ondel-ondel sering dilakukan festival, selain itu Puslitbang Dinas Kebudayan DKI Jakarta, memberi bantuan kueuangan. 

Mestinya, penataan pagelarannya perlu diperbaiki, agar bisa dikemas sebagai tontonan menarik. Tabuhan musiknya dirapihkan. "Bukan cuma gonjrang-gonjrang," katanya. Memang, dalam upacara tradisional,seperti kawinan atau sunatan, Ondel-ondel masih sering tampil di kalangan masyarakat Betawi. Bahkan, pernah masuk Istana, dan dipakai juga untuk menyambut tamu negara. Tapi bisakah kesenian rakyat Betawi ini tetap bertahan ?

0 komentar:

Posting Komentar

 
Toggle Footer