Kamis, 21 Agustus 2014

Tari indang untuk dakwah




Disetiap daerah indonesia memiliki bermacam tarian,(badindin) adalah salah satunya. Tarian ini yang berasal dari Padang Pariaman tersebut merupakan salah satu etnik Minangkabau.
 

Sejarah Tari Indang
 

Tradisi Minangkabau banyak menyimpan berbagai kekayaan tradisi di Indonesia. Tari Indang atau disebut juga  Tari badindin adalah salah satunya. Sesungguhnya tari indang ini menyampaikan sesuatu pesan secara lisan yang juga disampaikan secara berkelompok sambil menari dan memainkan rebana kecil.
Kesenian ini pun bertujuan untuk kepentingan dakwah agama Islam. Itu lah sebabnya, Tari Indang ini sering dilihat sedang mengiringi salawat nabi Muhammad SAW atau hal-hal bertema keagamaan hususnya agama islam. Indang juga sangat berkembang dalam masyarakat tradisional Minangkabau yang berlokasi di wilayah kabupaten Padang Pariaman

Nasrul Azwar,seorang aktivis budaya yang tinggal di Padang, mengatakan bahwa sejarah Tari Indang adalah hasil campuran antara budaya Minangkabau dan peradaban Islam abad ke – 14. Peradaban tersebut dibawa oleh pedagang dan memperkenalkanya yang masuk ke Aceh melalui pesisir barat Pulau Sumatra dan selanjutnya meluas ke Ulakan-Pariaman.

Jika dibedakan lebih dalam, dalam Indang muncul jenis-jenis nyanyian maqam, iqa’at dan avaz serta penggunaan musik gambus. Maqam melukiskan tangga nada, struktur interval dan ambitus. Iqa’at memiliki pola ritmik pada musik islam. Adapun avaz ialah melodi yang bergerak bebas tapa irama dan diperkenalkan musik islam.

Biasanya pentas indang ini ditarikan oleh tujuh penari yang semuanya pun seorang pria. Ketujuh penari itu biasa dinamai ‘anak indang’. Mereka dipimpin seorang guru yang disebut tukang dzikir.  Tari indang merupakan manifestasi budaya mendidik lewat surau dan kentalnya pengaruh budaya Islam di Minangkabau

Rabu, 06 Agustus 2014

Tarian gandrum banyuwangi yang mengundang hasrat lelaki.



Gandrung Banyuwangi adalah kata yang berasal dari kata Gandrung, yang artinya tergila-gila atau cinta banget. Tarian ini juga masih satu aliran dengan tarian lain seperti Ketuk Tilu di Jawa Barat, Tayub di Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger di Cilacap dan Banyumas dan Joged Bumbung di Bali, yaitu meliputi seorang wanita penari professional yang menari bersama-sama tamu (terutama pria) dengan iringan musik atau gamelan.

Tarian ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, dan telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut, hingga tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan Gandrung, dan anda akan menjumpai patung penari Gandrung di berbagai sudut wilayah Banyuwangi, dan tak ayal lagi Banyuwangi sering dijuluki Kota Gandrung.

Tari Gandrung ini sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya.

Asal-Usul Tari Gandrung 

Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan menurut laporan Scholte (1927) instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890-an, yang dimungkinkan karena ajaran Islam melarang segala bentuk travesty atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.

Sedangkan Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan Seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya Gandrung oleh wanita.

Tradisi Gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat.

Pada mulanya Gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung, yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian disamping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak oleh era globalisasi.

Namun menurut sumber yang berbeda, tari gandrung konon lahir pada zaman Kerajaan Airlangga di Jawa Timur. Dalam suasana bersukaria, para prajurit keraton ada yang menabuh gamelan, ada yang menari. Mereka menari secara bergantian setelah penari sebelumnya menyentuh penonton yang berdiri di tepi arena.

Perkembangan berikutnya, penari utamanya adalah perempuan (gandrung) yang pada awal penampilannya menyatakan tiang lanang (saya lelaki) kemudian menari sambil bernyanyi (basandaran atau bedede).

Tari ini terdiri atas tiga babak, yaitu babak bapangan-penari memperkenalkan diri kepada penonton-babak gandrangan di mana penari dengan kipas di tangan mengitari arena. Saat tertentu penari menyentuhkan kipasnya (tepekan) pada salah seorang penonton, yang serta-merta maju ke tengah arena untuk menari (pengibing).

Kemudian babak parianom, di mana penari menari sambil bernyanyi dan melayani sang pengibing. Tiap pengibing diberi waktu menari sekitar 10 menit dan menyerahkan uang ala kadarnya sebelum meninggalkan arena.

Pementasannya dilakukan malam hari, umumnya sebagai hiburan maupun meramaikan pesta khitanan, pernikahan, dan dalam perkembangannya untuk memperingati hari besar nasional. Instrumennya berupa pemugah, saron, galung, jegogan, rincik, petuk, terompong, gender, redep (rebab), dan suling.

Selama melayani pengibing, penari gandrung dilengkapi gelungan atau hiasan kepala yang bagiannya disebut gempolan, yang bagian ujungnya runcing. Ini adalah ’senjata’ penari untuk menghindari pengibing ’nakal’ yang berusaha menyentuh bagian sensitif atau mencoba mencium penari. Dengan menggerakkan kepalanya, penari memfungsikan gempolan tadi sehingga pengibing bisa tergores luka jika tidak segera menghindar.

Bagian-Bagian Gandrung 

Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian, yakni Jejer, Maju atau Ngibing dan Seblang Subuh . Jejer merupakan pembuka seluruh pertunjukan Gandrung, dimana pada bagian ini, penari menyanyikan beberapa lagu dan menari secara solo, tanpa tamu. Para tamu yang umumnya laki-laki hanya menyaksikan.

Kemudian setelah acara jejer selesai, maka sang penari mulai memberikan selendang-selendang untuk diberikan kepada tamu. Tamu-tamu pentinglah yang terlebih dahulu mendapat kesempatan menari bersama-sama. Biasanya para tamu terdiri dari empat orang, membentuk bujur sangkar dengan penari berada di tengah-tengah. Si Gandrung akan mendatangi para tamu yang menari dengannya satu persatu dengan gerakan-gerakan yang menggoda, dan itulah esensi dari tari Gandrung, yakni tergila-gila atau hawa nafsu.


Setelah selesai, si penari akan mendatang rombongan penonton, dan meminta salah satu penonton untuk memilihkan lagu yang akan dibawakan. Acara ini diselang-seling antara maju dan repen (nyanyian yang tidak ditarikan), dan berlangsung sepanjang malam hingga menjelang subuh. Kadang-kadang pertunjukan ini menghadapi kekacauan, yang disebabkan oleh para penonton yang menunggu giliran atau mabuk, sehingga perkelahian tak terelakkan lagi.

Seblang Subuh, Bagian ini merupakan penutup dari seluruh rangkaian pertunjukan Gandrung Banyuwangi. Setelah selesai melakukan maju dan beristirahat sejenak, dimulailah bagian Seblang Subuh. Dimulai dengan gerakan penari yang perlahan dan penuh penghayatan, kadang sambil membawa kipas yang dikibas-kibaskan menurut irama atau tanpa membawa kipas sama sekali. Sambil menyanyikan lagu-lagu bertema sedih seperti misalnya Seblang lokento. Justru suasana mistis terasa pada saat bagian Seblang Subuh ini, karena masih terhubung erat dengan ritual Seblang. Pada masa sekarang ini, bagian Seblang Subuh kerap dihilangkan, namun sebenarnya bagian ini yang menjadi pelengkap satu pertunjukan tari Gandrung.

Selasa, 05 Agustus 2014

Imlek manjadi budaya indonesia



Imlek atau Sin Tjia adalah suatu perayaan yang dilakukan oleh para petani di Cina dan biasanya terjadi pada tanggal satu di bulan pertama di awal tahun baru. Perayaan ini biasanya juga berkaitan dengan kegiatan para petani untuk menyambut musim semi.

Pada tanggal 30 bulan ke-12 dan berakhir pada tanggal 15 bulan pertama biasanya perayaan ini dumulai. Acaranya  pun meliputi berbagai kegiatan seperti  sembahyang Imlek, sembahyang kepada Sang Pencipta, dan perayaan Cap Go Meh. Adapun tujuan dari persembahyangan ini adalah merupakan bentuk dari syukur dan doa harapan supayapada tahun depan mendapat rezeki lebih banyak, untuk menjamu leluhur, dan sebagai sarana silaturahmi dengan kerabat dan tetangga. 

Segala bentuk persembahannya adalah berupa berbagai jenis makanan. Idealnya, pada setiap acara sembahyang Imlek disajikan minimal 12 macam masakan dan 12 macam kue yang mewakili lambang-lambang shio yang berjumlah 12. Di Cina karena perayaan imlek itu sendiri bersal dari budaya petani , yang wajib adalah hidangan berupa mie panjang umur (siu mi) dan arak. Di Indonesia sendiri biasanya hidangan yang dipilih adalah  hidangan yang mempunyai arti “kemakmuran,” “panjang umur,” “keselamatan,” atau “kebahagiaan,” dan merupakan hidangan kesukaan para leluhur.

Seperti kue-kue yang dihidangkan biasanya lebih manis dari sebelumnya. bertujuan , kehidupan di tahun mendatang menjadi lebih manis dari tahun lalu.Selain itu dihidangkan juga kue lapis sebagai perlambang rezeki yang berlapis-lapis. kue lain yang wajib dihidangkan pada waktu persembahyangan menyambut datangnya tahun baru Imlek  adalah kue mangkok dan kue keranjang. Biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue mangkok berwarna merah di bagian atasnya. Ini adalah sebagai tanda kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok.

Kemudian disusunlah kedua belas hidangan itu di meja sembahyang yang bagian depannya digantungi dengan kain khusus yang biasanya bergambar naga berwarna merah. lalu si pemilik berdoa memanggil para leluhurnya untuk menyantap hidangan yang disuguhkan. Dan ada juga makanan yang dihindari dan tidak dihidangkan, misalnya bubur. Bubur tidak dihidangkan karena makanan ini melambangkan kemiskinan.

Biasanya pada malam tahun baru orang-orang bersantap di rumah atau di restoran. habis selesai makan malam mereka bergadang semalam suntuk dengan pintu rumah dibuka lebar-lebar agar rezeki bisa masuk ke rumah dengan leluasa. Pada waktu ini disediakan camilan khas Imlek berupa kacang, kuaci, dan permen ( Cangcimen).

Makanan yang tidak boleh dilupakan pada waktu imlek adalah lapis legit, kue nastar, kue semprit, kue mawar, serta manisan kolang-kaling. Ditunjukan agar pikiran menjadi jernih, disediakan agar-agar yang dicetak seperti bintang sebagai simbol kehidupan yang terang. Tujuh hari setelah Imlek dilaksanakan persembahyangan kepada Sang Pencipta. Tujuannya adalah sujud kepada-Nya dan memohon kehidupan yang lebih baik di tahun yang baru dimasuki.

Dilakukan sebuah perayaan yang disebut dengan Cap Go Meh lima belas hari setelah imlek. Masyarakat keturunan Cina di Semarang biasanya merayakannya dengan menghidangkan lontong Cap Go Meh yang terdiri dari lontong, opor ayam, lodeh terung, telur pindang, sate abing, dan sambal docang. Sementara itu warga Jakarta, menunya adalah lontong, sayur godog, telur pindang, dan bubuk kedelai. Pada waktu perayaan Imlek juga dirayakan berbagai macam keramaian yang menyuguhkan atraksi barongsai dan kembang api.

Sejarah Imlek di Indonesia 
Dalam sejarah imlek mencacat pada penanggalan Imlek dimulai tahun 2637 Sebelum Masehi pada masa pemerintahan Kaisar Oet Tee/Huang Ti (2698 – 2598 SM). Penanggalan Imlek sebutan asalnya adalah He Lek, yakni penanggalan Dinasti Ke/His (2205 – 1766 SM), dimana ahir musim dingin pertama kali ditetapkan  penetapan tahun baru Dinasti He,

Penetapan saat tahun baru memegang peranan yang amat penting pada jaman dahulu, karena penetapan itu menjadi pedoman bagi semua orang untuk mempersiapkan segala pekerjaan untuk tahun yang berjalan. Apa lagi untuk para petani akan mulai bercocok tanam pada saat akhir musim dingin dan memasuki musim semi. Penanggalan ini sangat cocok bagi petani karena perhitungan musim, peredaran matahari, dan uraian penjelasan mengenai iklim. Model penanggalan tersebut secara populer disebut Long Lek (penanggalan petani).

Seiring dengan perjalanan orang Cina ke Indonesia perjalanan panjang perayaan imlek di indonesia.adalah,  Dengan telah dibukanya kran Reformasi di tahun 1998, perayaan Imlek yang tadinya dilarang oleh Pemerintah, kini justru dijadikan hari libur nasional. Tahun baru Imlek yang telah dinyatakan hari libur nasional, memberikan kebebasan untuk dirayakan secara terbuka, bahkan menjadi bagian perayaan bagi publik.

Seakan akan budaya yang berasal dari daratan Cina telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari budaya Indonesia. Boleh dikatakan bahwa, kini Indonesia bagaikan ibarat taman bunga yang bertambah indah dan terus berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa pluralisme menjadi hidup yang diekspresikan dengan identitas budaya, sekaligus memberikan petunjuk bahwa perbedaan itu ternyata indah. (deni:berbagai sumber)

Minggu, 20 Juli 2014

tradisi palang pintu



Yang satu ini adalah salah satu tradisi betawi yang masih sering kita lihat diacara-acara perniakahan. Palang pintu adalah nama tradisi betawi yangg atu ini dan menggabungkan antara kesenian silat/bela diri dari masyarakat Betawi yang hingga kini masih populer di Jakarta. setiap mempelai memiliki palang pintunya masing masing palang pintu mempelaai laki laki pun harus menang beradu silat dan beradu pantun untuk dapat menikahi mempelai wanita, 

pintu kedua mempelai pun harus menjatuhkan mental lawanya dengan pantun-pantun asli Betawi.
Biasanya mempelai Pria dan Jawaranya datang dengan diiringi oleh tanjidor, gambang kromong, ataupun marawis yang identik dengan kesenian Betawi

Palang pintu biasanya juga menggunakan senjata tajam khas betawi seperti golok ataupun bendo untuk lebih menarik.

Meskipun terlihat agak kasar dengan bela diri menggunakan senjata tajam, namun kesenian Palang pintu Betawi ini cenderung lucu, karena pertarungan mereka hanya adegan semata, dan di selingi dengan pantun pantun yang jenaka.

Sabtu, 19 Juli 2014

Sejara Monumen Nasional (MONAS)


Monas atau yang biasa kita sebut Monumen Nasional adalah icon dari kota Jakarta. yang Terletak di bagian pusat kota Jakarta,monas ini juga menjadi salah satu tempat wisata dan pusat sarana prasarana pendidikan yang cukup menarik bagi warga Jakarta dan sekitarnya.  pada tahun 1959 monas itu didirikan dan pada tahun 1961 tepatnya 2 tahun kemudian monas itu di resmikan. Monas juga selalu jadi tujuan wisata dan selalu ramai dikunjungi wisatawan untuk melihat keindahan kota Jakarta dari puncak Monas, juga kita dapat  menambah wawasan sejarah Indonesia di ruang diorama ataupun menikmati segarnya hutan kota seluas kira-kira 80 hektar di tengah kota Jakarta.
biasanya monas selalu banyak dikunjungi wisatawan saat libur seperti ini. Di sini Anda dapat menikmati banyak jenis wisata dan bahan pendidikan. kalian juga bisa masuk dan  menaiki monumen yang menjulang tinggi hingga ke puncak Monas. kalian ndjuga dapat berolahraga bersama teman dan keluarga. dan anda juga bisa menikmati taman yang indah yang asri daan yang hijau dengan berbagai pepohonan yang rimbuni. Atau kalian juga bisa menikmati hiburan air mancur yang berada di sekitar monas.

sejarah monas

mula mula monas dibuat  pada bulan Agustus 1959. yang Keseluruhan bangunan Monas dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir. Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.
Disisi lain taman hutan kota di wilayah sekitar Monas dulu dikenal dengan nama Lapangan Gambir. yang juga sempat berganti nama beberapa kali yaitu Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas dan kemudian menjadi Taman Monas.

Ukuran dan Isi Monas

Seluruh bangunan ini dilapisi oleh marmer. Dan Monas dibangun setinggi 132 meter dan berbentuk lingga yoni.

Lidah Api
Pada bagian puncak monas terdapat cawan yang di atasnya terdapat lidah api dari perunggu yang tingginya 17 meter dan diameter 6 meter dengan berat 14,5 ton. Lidah api ini dilapisi emas seberat 45 kg. Lidah api Monas terdiri atas 77 bagian yang disatukan.
Pelataran Puncak
Pelataran puncak luasnya 11x11 m. Untuk mencapai pelataran puncak, kita juga bisa menggunakan lift dengan waktu singkat atau lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling lift juga terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, kita bisa melihat gedung-gedung pencakar langit danindahnya pemandangan bangunan bangunan di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah, kita juga dapat melihat Gunung Salak yang berada di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan Seribu.
Pelataran Bawah
Pelataran yang berada dibawah luasnya mencapai 45x45 m. dan 17 meter Tinggi dari dasar Monas ke pelataran . Di bagian ini kita dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.
Museum Sejarah Perjuangan Nasional
Terdapat sebuah ruangan yang luas yaitu Museum Nasional tepatnya berada dibawah monas. Tingginya mencapai 8 meter. Museum ini juga menampilkan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80x80 m. Pada keempat sisi museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI.
Di sini juga ditampilkan rencana pembangunan kota Jakarta.Selain itu direncanakan untuk ditampilkan bendera pusaka dan naskah proklamasi yang asli di dalam bangunan Monas.

Taman Monas

apa bila kita jenuh kita daapat menghilangkan rasa jenuh kita dengan berbagai pemandangan hijau di taman monas.
Ditaman ini juga kiita dapat melihat rusa yang di datangkan langsung dari kebun raya bogor.
KIta juga dapat menikmati air mancur yang menari nari dan berwarna warni dimalam hari
Bagi kalian yang ingin menjaga kesehatan, selain berolahraga di Taman Monas, kalian pun juga dapat melakukan pijat refleksii secara gratis. Di taman ini disediakan batu-batuan yang cukup tajam untuk Anda pijak sambil dipijat refleksi. Di taman ini juga disediakan beberapa lapangan futsal dan basket yang bisa digunakan siapapun.
Jika kalian malas atau lelah berjalan kaki di taman seluas 80 hektar ini, kalian dapat menggunakan jasa kereta wisata. Taman ini bebas dikunjungi oleh semua kalangan , siapa saja dan terbuka secara gratis untuk umum.

Wisata Monas

Bagi kalian yang ingin pergi ke monas adaa banyak alat transportasi yang bisa kalian gunakan. Jika Anda pengguna kereta api, Anda dapat menggunakan KRL Jabodetabek jenis express yang berhenti di Stasiun Gambir. BIsa juga kalian menggunakan fasilitas transportasi Bus Trans Jakarta. Jika kalian menggunakan kendaraan pribadi, tersedia dengan luas lapangan parkir khusus IRTI, atau Anda dapat memarkir kendaraan Anda di Stasiun Gambir.
Untuk dapat masuk ke bangunan Monas, kalian dapat melalui pintu masuk di sekitar patung Pangeran Diponegoro. setelah itu Anda akan melalui lorong bawah tanah untuk masuk ke Monas. Anda pun dapat melalui pintu masuk di pelataran Monas bagian utara. Jam buka Monas adalah jam 9.00 pagi hingga jam 16.00 sore.
Monas juga bisa  menjadi salah satu pilihan Anda untuk berwisata bersama keluarga dan tempat mendidik anak-anak untuk lebih mengenal sejarah Indonesia. diimana anda dan keluarga anda bisa belajar sambil bermain. dan menikmati sejuknya taman monas ini.

Jumat, 18 Juli 2014

Karapan sapi atradisi pesta rakyat madura



warga madura berpendapat, karapan sapi bukan hanya sekadar sebua pertunjukan pesta rakyat yang perayaannya digelar setiap tahun.  bukan juga hanya sebuah tradisi yang dillakukan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karapan sapi itu sendiri adalah spertunnjukan kebanggaan yang akan mengangkat martabat di masyarakat. 

tidak ada yang tau persis asal muasal karapan sapi ini, teapi berdasarkan sumber lisan yang diwariskan secara turun temurun kita ketahui bahwa Kerapan Sapi ini pertama kali diperkenalkan oleh Pangeran Katandur yang berasal dari Pulau Sapudi, Sumenep pada abad 13.

Awalnya ia hanya ingin memanfaatkan tenaga sapi sebagai pengolah sawah. berawal dari ketekunan bagaimana cara membajak sapinya bekerja ,mengolah tanah persawahan, ternyata sukses dan tanah yang tandus pun berubah menjadi tanah yang subur.

hal positif yang dihasilkan dari sapi tersebut,  masyarakat desa pun mengikuti jejak Pangerannya. dan pada Akhirnya tanah di seluruh Pulau Sapudi yang tadinya gersang,kini telah menjadi tanah subur yang dapat ditanami padi. Hasil panenpun berlimpah ruah dan jadilah daerah yang subur makmur.

masa panen pun tiba  Pangeran Ketandur mempunyai inisiatif mengajak warga di desanya untuk mengadakan balapan sapi. daeraah tanah sawah yang sudah dipanen pun dimanfaatkan sebagai arena untuk balapan sapi. Akhirnya tradisi balapan sapi pun gagasan Pangeran Ketandur itulah yang hingga saat ini terus berkembang dan dijaga kelestariannya. Hanya saja namanya diganti lebih populer dengan "Kerapan Sapi".

Bagi sebagian masyarakat Madura, selain sebagai tradisi jarapan sapi pun juga menjadi pesta rakyat yang dilakukan setelah sukses menuai hasil panen padi atau tembakau. Kerapan sebagai pesta rakyat di Madura juga mempunyai peran di berbagai bidang. Misal di bidang ekonomi (kesempatan bagi masyarakat untuk berjualan), peran magis religius (misal adanya perhitungan-perhitungan tertentu bagi pemilik sapi sebelum bertanding dan adanya mantra-mantra tertentu), bidang seni rupa (ada pada peralatan yang mempunyai hiasan tertentu), bidang seni tari dan seni musik saronen (selalu berubah dan berkembang).

Anatomi Kerapan 

Pengertian karapan sapi berasal dari kata “kerapan” yang artinya adu sapi memakai “kaleles”. Kaleles itu sendiri adalah sebuah sarana pelengkap untuk dinaiki sais/joki yang menurut istilah Madura disebut “tukang tongko”. Sapi-sapi yang akan dipacu dipertautkan dengan “pangonong” pada leher-lehernya sehingga menjadi pasangan yang satu.

Orang Madura juga memberi perbedaan antara “kerapan sapi” dan “sapi kerap”. Kerapan sapi adalah sapi yang sedang diadu pacunya, dalam kaedaan bergerak, berlari dan dinamis. Sedangkan sapi kerap adalah sapi yang hanya untuk kerapan baik satu maupun lebih. Ini untuk membedakan dengan sapi biasa. Ada macam macam kerapan yaitu “kerrap kei” (kerapan kecil), “kerrap raja’’ (kerapan besar), ‘kerrap onjangan” (kerapan undangan), “kerrap jar-ajaran” (kerapan latihan).

Kaleles sebagai sarana untuk kerapan yang dinaiki tokang tongko dari waktu ke waktu mengalami berbagai perkembangan dan perubahan. Kaleles yang dipakai dipilih yang ringan (agar sapi bisa berlari semaksimal mungkin), tetapi kuat untuk dinaiki tokang tongko (joki).

Sapi kerap adalah sapi pilihan dengan ciri-ciri tertentu. Misalnya berdada air artinya kecil ke bawah, berpunggung panjang, berkuku rapat, tegar tegak serta kokoh, berekor panjang dan gemuk. Pemeliharaan sapi kerap juga sangat berbeda dengan sapi biasa. Sapi kerap sangat diperhatikan masalah makannya, kesehatannya dan pada saat-saat tertentu diberi jamu. Sering terjadi biaya ini tidak sebanding dengan hadiah yang diperoleh bila menang, tetapi bagi pemiliknya merupakan kebanggaan tersendiri dan harga sapi kerap bisa sangat tinggi.

Sapi kerap ada tiga macam yaitu sapi yang “cepat panas” (hanya dengan diolesi bedak panas dan obat-obatan cepat terangsang), sapi yang “dingin” (apabila akan dikerap harus dicemeti berkali-kali), dan sapi “kowat kaso” (kuat lelah, memerlukan pemanasan terlebih dahulu).

Pada waktu akan dilombakan pemilik sapi kerap harus mempersiapkan tukang tongko (joki), “tukang tambeng” (bertugas menahan, membuka dan melepaskan rintangan untuk berpacu), “tukang gettak” (penggertak sapi agar sapi berlari cepat), “tukang gubra” (orang-orang yang menggertak sapi dengan bersorak sorai di tepi lapangan), “tukang ngeba tali” (pembawa tali kendali sapi dari start sampai finish), “tukang nyandak”(orang yang bertugas menghentikan lari sapi setelah sampai garis finish), “tukang tonja” (orang yang bertugas menuntun sapi).

Beberapa peralatan yang penting dalam kerapan sapi yaitu kaleles dan pangonong, “pangangguy dan rarenggan” (pakaian dan perhiasan), “rokong” (alat untuk mengejutkan sapi agar berlari cepat). Dalam kerapan sapi tidak ketinggalan adanya “saronen” (perangkat instrumen penggiring kerapan). Perangkatnya terdiri dari saronen, gendang, kenong, kempul, krecek dan gong.

Pesta Rakyat 

pada umumnya sebuah pesta rakyat, penyelenggaraan Kerapan Sapi juga sangat diminati oleh masyarakat Madura. Setiap kali penyelenggaraan Kerapan Sapi diperkirakan masyarakat yang hadir bisa mencapai 1000-1500 orang. Dalam pesta rakyat itu berabagai kalangan maupun masyarakat Madura berbaur menjadi satu dalam atmosfir sportifitas dan kegembiraan.

hal lain yang bisa menarik penonton dari karapan sapi ini adalah kesempatan untuk bertaruh antarsesama penonton. Jumlah taruhannya pun bervariasi, mulai dari yang kelas seribu rupiahan sampai puluhan, bahkan ratusan juta rupiah. Biasanya penonton yang berdiri disepanjang arena taruhannya kecil, tidak sampai jutaan. Tetapi, para petaruh besar, sebagian besar duduk di podium atau hanya melihat dari tempat kejauhan. Transaksinya dilakukan di luar arena, dan biasanya berlangsung pada malam hari sebelum karapan sapi dimulai.

Kamis, 17 Juli 2014

Sejarah Gamelan



Gamelan jelas bukan musik yang asing ditelinga kita. Perkembanganya juga sudah mencapai berbagai benua dan telah menciptakan paduan musik baru jazz-gamelan, yang melahirkan institusi sebagai ruang belajar dan ekspresi musik gamelan, hingga menghasilkan pemusik gamelan ternama. Pertunjukan musik gamelan sekarang bisa dinikmati di berbagai belahan dunia, namun Yogyakarta adalah tempat yang paling tepat untuk menikmati gamelan karena di kota inilah anda bisa menikmati versi aslinya.

Gamelan yang berkembang di Yogyakarta adalah Gamelan Jawa, sebuah gamelan yang bentuknya berbeda dengan Gamelan Bali ataupun Gamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki ini nada yang lebih lembut dan slow, berbeda dengan Gamelan Bali yang rancak dan Gamelan Sunda yang sangat mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Perbedaan itu wajar, karena Jawa memiliki pandangan hidup tersendiri yang diungkapkan dalam irama musik gamelannya.

Pandangan dari hidup Jawa yang dituangkan dalam musik gamelannya adalah keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, keselarasan dalam berbicara dan bertindak sehingga tidak dapat memunculkan ekspresi yang meledak-ledak serta mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud nyata dalam musiknya adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.

belum pernah ada yang menjelaskan tentang sejarah munculnya gamelan. diperkirakan Perkembangan musik gamelan itu sejak kemunculan kentongan, rebab, tepukan ke mulut, gesekan pada tali atau bambu tipis maka dikenalnya alat musik dari logam. Perkembangan selanjutnya setelah dinamai gamelan, musik gamelab biasanaya digunakan untuk mengiringi pagelaran wayang, dan tarian. setelah itu pada beberapa waktu sesudahnya barulah berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.

kebanyakan gamelan terdiri dari beberapa alat musik, salah satunya adalah satu set alat musik yang mirip drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan suling bambu. bahan-bahan  utama untuk menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat tersebut memiliki fungsi yang berbeda dalam pagelaran musik gamelan, contohnya gong berfungsi menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Gamelan Jawa adalah alat musik dengan nada pentatonis. Satu permainan gamelan lengkap terdiri dari dua putaran, yaitu slendro dan pelog. Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil. Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu 1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar. Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yaitu terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.

Anda juga bisa melihat gamelan sebagai sebuah pertunjukan musik tersendiri maupun sebagai pengiring tarian atau seni pertunjukan seperti wayang kulit dan ketoprak. Sebagai sebuah pertunjukan tersendiri, musik gamelan biasanya diiriingi dengan suara para penyanyi Jawa (penyanyi pria disebut wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana). Pertunjukan musik gamelan yang digelar kini bisa merupakan gamelan klasik ataupun kontemporer. Salah satu bentuk gamelan kontemporer adalah jazz-gamelan yang merupakan paduan paduan musik bernada pentatonis dan diatonis.

Rabu, 16 Juli 2014

Dangdut dan sejarahnya




berbagai macam budaya yang terdapat di Indonesia, salah satunya budaya yang termasuk di dalam musik yaitu Dangdut, Dangdut adalah jenis musik yang berkembang di Indonesia walaupun jenis musik ini hampir sama seperti seperti melayu, karena memang terbentuk dari akar akar melayu pada tahun 1940-an. semakin lama musik dangdut berubah dan sekarang masuklah pengaruh unsur unsur musik India dan Arab. India karena menggunakan tabla, dan Arab karena cengkok dan harmonisasi suaranya.

perkembangan dunia politik yang terjadi di Indonesia pada tahun 1960-an mempengaruhi musik dari barat yang kental dengan masuknya penggunaan gitar listrik dan juga bentuk pemasarannya. Sampai tahun 1970-an dangdut bisa dikatakan telah cukup sempurna dalam bentuknya yang kontemporer. Sebagai musik yang populer di masanya, dangdut juga dapat berkolaborasi terhadap genre musik lain, mulai dari keroncong, langgam, degung, gambus, rock, pop, dan sebagainya. 

Dangdut dalam budaya kontemporer Indonesia

Dibawa Oleh Rhoma Irama, dangdut dijadikan sebagai media berdakwah, yang sangat jelas terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya dan dinyanyikan sendiri olehnya. ini adalah salah satu hal yang menjadi pemicu polemik besar kebudayaan di Indonesia pada tahun 2003 akibat pencekalan terhadap gaya panggung penyanyi dangdut dari Jawa Timur, Inul Daratista, dengan goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral".


Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang berbagai perdebatan dan diahiri dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan ini muncul lagi-lagi karena gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan.
Dangdut memang telah disetujui banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya yang dimilikinya. Ciri khas ini terlihat dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari nafas ini.

Dunia politik juga tidak ketinggalan menggunakan kepopuleran dangdut untuk menarik massa. Isu dangdut sebagai alat politik juga menyeruak ketika Basofi Sudirman, pada saat itu sebagai fungsionaris Golkar, menyanyi lagu dangdut.
Walaupun dangdut diasosiasikan dengan masyarakat bawah yang miskin, itu bukan berarti dangdut hanya digemari kelas bawah. Di setiap acara hiburan, dangdut dapat dipastikan turut serta meramaikan situasi. Panggung dangdut dapat dengan mudah dijumpai di berbagai tempat. Tempat hiburan dan diskotek yang khusus memutar lagu-lagu dangdut banyak dijumpai di kota-kota besar. Stasiun radio siaran yang menyatakan dirinya sebagai "radio dangdut" juga mudah ditemui di berbagai kota.


Interaksi dengan musik lain

Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan mempengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut.

Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin.

Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.

Selasa, 15 Juli 2014

sejarah wayang, boneka khas dan budaya Indonesia



Sejarah, Boneka Khas Indonesia - Indonesia sudah dikenal sebagai negara kesatuan yang memilikii beraneka ragam warisan budaya, salah satunya adalah wayang. Kalau kalian belum tau, kata Wayang sendiri berasal dari bahasa Indonesia yaitu bayang dan setelah itu dirubah pengucapannya ke dalam bahasa Jawa, jadinya lebih sering disebut Wayang. penyebutan dari bahasa inggris adalah shadow puppet theatre. Sebenarnya pertunjukan boneka ini (puppet) tidak hanya ada di Indonesia,di negara lain pun mempunyai pertunjukan boneka yang menyesuaikan dengan kebudayaan setempat. Tapi pertunjukan bayangan boneka atau wayang di Indonesia punya gaya tutur dan keunikan sendiri dan merupakan mahakarya asli dari Indonesia. Karena itulah pada 07 November 2003, UNESCO memasukkan wayang ke dalam daftarRepresentatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia dari Indonesia. Nah di Indonesia sendiri, wayang memiliki banyak varian. yan terdiri dari :

Wayang Kulit



Wayang ini paling sering kita lihat  di Indonesia adalah wayang kulit. Kebanyakan ditemukan di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali. Sesuai dengan namanya, wayang kulit terbuat dari kulit binatang seperti (kerbau, lembu, atau kambing). Pertunjukan wayang kulit biasanya digelar pada saat hari-hari besar, atau jika ada acara selamatan untuk memperingati suatu hal. Dalam  pertunjukan biasanya wayang kulit  meliputi unsur-unsur yaitu :
Lakon Wayang = Penyajian alur cerita dan penokohan karakter wayang beserta makna dari cerita tersebut.
Sabet = Keterampilan dalang dalam memainkan seluruh gerak dari wayang.
- Catur = Yaitu narasi dan percakapan / dialog tokoh-tokoh wayang. Seorang dalang dituntut untuk bisa mengubah karakter suara, berganti intonasi, mengeluarkan guyonan bahkan bernyanyi untuk menghidupkan alur cerita perwayangan tersebut.
- Karawitan = Meliputi gendhing, sulukan dan berbagai properti panggung. Untuk lebih meramaikan suasana saat pementasan, biasanya dalang akan diiringi oleh musisi yang memainkan gamelan dan para sinden yang menyanyikan tembang-tembang Jawa.
Menurut sejarahnya, ketika agama Hindu masuk ke Indonesia dan menyesuaikan dengan kebudayaan yang sudah ada, pertunjukan wayang kulit menjadi media yang efektif untuk menyebarkan agama Hindu dengan menceritakan kisah Ramayana dan Mahabarata. Demikian juga saat masuknya agama Islam di Indonesia. Ketika pertunjukan yang menampilkan "Tuhan" atau "Dewa" dalam wujud manusia dilarang, maka munculah boneka wayang yang terbuat dari kulit binatang dimana saat pertunjukan yang ditonton hanya bayangannya saja. Kemudian berkembang kembali menjadi wayang Sadat yang digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai agama Islam. Sejarah berlanjut ketika seorang misionaris Katolik pada tahun 1960 menyebarkan agama Katolik di Indonesia mengembangkan wayang Wahyu dimana cerita-ceritanya mengambil sumber dari Alkitab.
  1. Wayang Golek
    berbeda dengan wayang kulit lebih terkenal di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali, maka wayang golek ini lebih terkenal di wilayah Jawa Barat atau biasa disebut Tanah Pasundan. Kata golek itu bisa berarti mencari, atau bisa juga berarti boneka kayu. fngsi wayang golek itu adalah untuk ngaruat (ruwat), yaitu membersihkan dari hal-hal yang bersifat mencelakakan atau marabahaya. Biasanya pertunjukan wayang golek akan diiringi oleh gamelan Sunda (salendro), yang terdiri atas dua buah saron, sebuah peking, sebuah selentem, satu perangkat boning, satu perangkat boning rincik, satu perangkat kenong, sepasang gong (kempul dan goong), ditambah dengan seperangkat kendang (sebuah kendang Indung dan tiga buah kulanter), gambang dan rebab.

    Kesenian wayang golek mulai berkembang di Jawa Barat diperkirakan pada abad ke-17 pada masa ekspansi Kesultanan Mataram. Padahal di masa tersebut masih ada beberapa pengaruh budaya warisan Hindu sebagai bekas wilayah Kerajaan Sunda Pajajaran. Wayang golek mulai mendapatkan bentuk seperti yang sekarang kita kenal sekitar abad ke-19, dengan pakem dan jalan cerita yang mirip dengan versi wayang kulit Jawa. Tetapi wayang golek punya ciri khas tersendiri, salah satunya perbedaan dalam penamaan tokoh-tokoh punakawan dalam versi Sundanya.
  2. Wayang Potehi

    Potehi 
    berasal dari kata pou yang berarti kain, te yang artinya kantong, dan hiyaitu wayang. Sehingga wayang potehi kalau diartikan adalah boneka wayang yang terbuat dari kain. Sang dalang akan memasukkan tangannya kedalam kain tersebut dan memainkannya seperti wayang-wayang yang lain. Dulunya wayang potehi hanya memainkan cerita-cerita klasik dari legenda dinasti-dinasti yang ada di Tiongkok. Tetapi saat ini wayang potehi sudah mengambil cerita di luar kisah klasik seperti novel "Pilgrimage to the West" karya Se Yu dengan tokoh legendarisnya Kera Sakti. Wayang potehi masuk ke Indonesia
    melalui orang-orang Tionghoa yang merantau ke nusantara sekitar abad ke-16 sampai 19. Dari catatan seorang Inggris bernama Edmund Scott, dia melihat penyelenggaraan wayang potehi dua kali waktu dia pergi ke Banten yaitu antara 1602 dan 1625. Sandiwara pertunjukan wayang potehi yang dia tonton mulai pada tengah hari dan baru berakhir pada keesokan paginya. Pada tahun 1970-an sampai tahun 1990-an bisa disebut sebagai masa suram bagi wayang potehi. Sangat sulit menemukan pementasan wayang potehi disaat itu karena sulitnya mendapatkan perizinan. Namun setelah reformasi berjalan, wayang potehi bisa dipentaskan kembali tanpa harus sembunyi-sembunyi dan sekarang berkembang bersama kesenian tradisional Indonesia lainnya.
  3. Wayang OrangSesuai dengan namanya, wayang orang tidak di perankan dengan boneka-boneka wayang,  tetapi menampilkan manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut. Agar tampilan mereka sama seperti pada versi wayang kulit, wayang orang juga memakai pakaian dan hiasan-hiasan yang identik dengan tokoh yang diperankannya seperti yang dipertontonkan dalam wayang kulit. tidak jarang juga wajah pemain wayang orang dihias dengan tata rias atau lukisan yang menyerupai watak dari tokoh yang diperankannya. misalnya Warna merah , mencerminkan karakter yang keras, kurang sabar dan penuh keangkaramurkaan. Warna hitam menggambarkan karakter penuh kebijaksanaan dan bertanggung jawab. Warna putih menggambarkan karakter yang bersih dan suci. Sedangkan warna emas (prada), menggambarkan karakter yang tenang serta mawas diri.

    Wayang orang diciptakan oleh Sultan Hamangkurat I pada tahun 1731. Awalnya, wayang orang dilakukan hanya sebagai hiburan bangsawan di empat istana Yogyakarta dan Surakarta. Dalam perjalanan waktu, wayang orang menyebar menjadi populer dan menjadi salah satu bentuk hiburan kepada rakyat. Kesenian wayang orang ini kemudian mengalami perubahan dan beberapa penyesuaian diantaranya yang kita kenal sebagai ketoprak dan ludruk.
  4. Wayang Band Wayang Band populer di Indonesia pada tahun 1995. Maksud dari wayang band disini adalah sebuah grup band yang namanya Wayang, bukan wayang yang bisa ngeband. Nama Wayang sendiri diambil dari inisial masing-masing personelnya, yaitu Wahyu Adrianto, Ahmad Fauzi, Ramdan Wahyudi, dan Gilang Ariestya. Wayang band meraih puncah popularitas pada akhir dekade 90-an dengan lagunya Damai dan Dongeng. Bahkan dalam lagu Dongeng, alm. Ibu Kasur turut mengisi bagian suara Nenek yang bercerita tentang kisah si kancil. Yang paling dikenang dari Wayang band saat itu adalah drummernya Gilang, yang saat itu masih berusia sangat belia. Sehingga kemanapun Wayang Band tampil, akan terdengar teriakan histeris dari mbak-mbak ABG " 

Minggu, 13 Juli 2014

petasan yang dirindu



Setiap memasuki bulan puasa suara dari benda ini menjadi akrab terdengar ditelinga kita, apalagi ketika menjelang malam dan setelah sahur. hawa kegembiraan dan kecerian puasa seakan kurang lengkap tanpa suara petasan. Meskipun petasan dilarang oleh pemerintah karean banyak menimbulkan korban jiwa tetapi, karena petasan sudah menjadi tradisi dan budaya maka petasan pun seakan menjadi simbol bulan puasa yang dirindu sekaligus dibenci. Lalu bagaimana sejarah petasan itu muncul di Indonesia khususnya masyarakat Betawi? 

Jika kita dalammi, petasan dan kembang api adalah tradisi yang berasal  dari kebudayaan Cina. Tradisi ini masuk dalam kebudayaan Betawi yang dibawa oleh warga Tionghoa yang bermigrasi ke Jakarta. Usur darikebudayaan Cina ini menjadi pengaruh penting  yang menyusun rancang bangun kebudayaan Betawi. Asumsinya adalah kebudayaan Betawi tidaklah statis, melainkan selalu dinamis dan berkembang sepanjang waktu. Ia menyerap berbagai unsur budaya baik lokal maupun global dan mengolahnya menjadi bagian dari tradisi.

Sejarah pernah mencatat, petasan dan kembang api berawal di Cina pada abad ke-11, dan setelah itu menyebar ke jazirah Arabia pada abad ke-13, kemudian ke negara-negara Eropa. Orang Cina menemukan bubuk mesiu yang merupakan campuran dari potasium nitrat, sulfur, hingga charcoal, yang jika digabungkan dengan oksigen, akan menimbulkan ledakan dan cahaya yang menyembur. Meskipun dalam perkembangannya, bubuk mesiu lebih banyak digunakan untuk kepentingan militer, namun pada abad ke-17, bubuk mesiu ini mulai digunakan untuk kepentingan entertainment yang mengiringi sebuah pementasan.

Hingga saat ini, orang Arab menyebut kembang api ini sebagai Panah Cina (The China Arrow) yang sesuai nama asalnya. Menurut beberapa literatur Cina, bubuk mesiu pertamakali ditemukan pada masa Dinasti Sung (960-1279). Bahkan, mesiu sudah digunakan dalam peperangan ketika Cina hendak menghadang ekspansi bangsa Mongol yang dipimpin Kaisar Kubilai Khan pada tahun 1279. Para sejarawan menyepakati ekspansi Mongol ini menjadi babakan penting dalam mengenalkan mesiu ke dunia Eropa melalui tangan bangsa Mongol.

Menurut Alwi Shahab, ahli sejaran dan budaya Betawi petasan bagi orang Betawi memiliki makna dan fungsi sosial yang penting. Pada zaman dahulu petasan dijadikan fungsi komunikasi yang sangat efektif. Petasan dijadikan pertanda apabila kedatangan orang atau sesuatu yang istimewa. Masalnya kedatangan mempelai pria ke rumah mempelai wanita, keadatangan penganten sunat di rumah atau kedatang bulan puasa.

Selain itu suara petasan juga menjadi tanda bila disuatu kampung atau disuatu rumah sedang ada pesta. Hal itu dimaksudkan untuk memberitahukan masyarakat karena pada waktu itu penduduk Betawi masih jarang. Meskipun saat ini petasan mengalami pergesaran makna dan fungsi namun petasan tetap mendapatkan tempat bagi para penggemaranya, teruatam warga Tiongkok dan Betawi tentunya.

Mitos Petasan Di Tiongkok 

Lalu bagaimana mitos munculnya petasan di negeri Tiongkok? Legenda mengatakan bahwa pada jaman dahulu diatas rumpun pohon bambu hidup sekelompok makhluk aneh yang dinamakan Makhluk Gunung. Mereka pendek dan hanya memiliki satu kaki. Pada suatu hari, di sebuah hutan bambu lewatlah satu orang desa yang membawa banyak buah-buahan dan sayur-sayuran. Secara tiba-tiba, muncul para Makhluk Gunung dan langsung berebut mengambil buah dan sayur yang ada.



Orang desa itu tidak hanya diam, ia langsung berusaha menangkap para makhluk aneh itu, dan akhirnya berhasil menangkap satu. Ia berencana untuk membawa makhluk aneh itu kepada hakim daerah. Saat melanjutkan perjalanan, orang desa itu berjumpa dengan sekelompok pemburu yang sedang memasak. Mereka memberitahu kepada orang desa itu bahwa yang ditangkapnya adalah Makhluk Gunung. Makhluk itu dapat membuat orang menjadi demam dan sakit.

Makhluk itu akan selalu turun pada setiap tahun baru untuk mencari makan. Siapa pun yang berhubungan dengan makhluk itu akan jatuh sakit. Karena orang desa itu mulai merasa kedinginan, para pemburu menambahkan potongan-potongan bambu ke perapian agar udara semakin hangat. Tiba-tiba muncul banyak Makhluk Gunung, lalu menyerang para pemburu dan orang desa itu. Di tengah kekacauan itu, potongan bambu yang berada di perapian meletus. Letusan-letusan itu membuat para Makhluk Gunung terkejut dan lari ketakutan.

Sejak saat itu rakyat membakar potongan bambu untuk menakuti Makhluk Gunung. Di kemudian hari, ini menjadi sebuah kebiasaan yang selalu dilakukan pada setiap Perayaan Tahun Baru Imlek dan petasan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi dan budaya masyarakat Tiongkok, hingga menyebar keseantero dunia.

Sabtu, 05 Juli 2014

museum nasional yang menyimpan banyak sejarah



Mungkin banyak yang belum mengetahui bahwa Jakarta mempunyai 40 buah gedung museum. Namanya pun juga sangat beragam sesuai fungsinya. Seperti Museum Taman Prasasti, tempat umat Kristen dimakamkan, juga termasuk para petinggi VOC dan keluarganya ketika bertugas di Batavia. Ada Museum Komodo, Museum Rekha Artha, Museum Keris, Museum Sejarah Jakarta, dan Museum Adam Malik.

Di antara 40 museum, Gedung Museum Nasional di Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat telah memperoleh nama internasional karena banyak benda sejarahnya sejak masa prasejarah. Museum yang paling tua di Indonesia ini bangun oleh Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen atau Perkumpulan untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan.

kelompok ini dibentuk 1778 oleh JCM Radermacher, anggota Dewan Hindia, dan menantu laki-laki dari gubernur jenderal Reinier de Klerk. Bekas kediaman de Klerk hingga saat ini masih berdiri dengan megah di Jl Gajah Mada dan telah direhabilitasi pemerintah Belanda. Gedung yang juga memiliki pekarangan luas dan ini pernah dijadikan Gedung Arsip Nasional.

Lembaga ini mempunyai tujuan untuk memberitahukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sejarah, arkeologi, etnografi, dan mempublikasikan berbagai macam penemuan-penemuan di bidang tersebut.

Salah satu pendiri, J.C.M. Radermacher memberikan bangunan, koleksi buku-buku dan benda-benda budaya yang merupakan awal berharga untuk sebuah museum dan perpustakaan bagi masyarakat. Karena semakin meningkatnya jumlah koleksi, Jenderal Sir Thomas Stamford Raffles pada awal abad ke 19 membangun tempat baru di Jalan Majapahit no. 3, di pavilyun gedung Harmonie dan menamakannya Literary Society.

dari tahun 1822 pemerintah kolonial Hindia Belanda memerintahkan untuk semua benda-benda sejarah, seni, budaya atau sejenisnya dari seluruh kepulauan nusantara yang didapatkan melalui ekspedisi ilmiah, ekspedisi militer, atau dikumpulkan oleh pegawai pemerintah, misionaris dan penyebar agama diserahkan kepada Bataviaasch Genootschap di Batavia. Selanjutnya perkumpulan Batavia akan mengajukan pembagian antara Batavia dan Nederland (Kerajaan Belanda). Sebagian dari koleksi ditempatkan di Museum Bataviaasch Genootschap dan sebagian lainnya ditempatkan di Rijksmuseum voor Volkenkunde di Leiden.

Kemudian pada periode berikutnya tahun 1862 pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk membangun gedung museum baru yang tidak hanya berfungsi sebagai kantor tetapi juga sebagai tempat perawatan dan memamerkan koleksi-koleksi yang ada.
pada tahun 1868 museum ini telah resmi dibuka. Museum ini dikenal sebagai Gedung Gajah atau Gedung Arca, karena terdapat patung gajah yang terbuat dari perunggu di halaman depan yang merupakan pemberian dari Raja Siam (Thailand) pada bulan Maret 1871.

Pada tanggal 29 Februari 1950 lembaga ini menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia (Indonesia Culture Council) dan selanjutnya pada tanggal 17 September 1962 diserahkan kepada pemerintah Indonesia dan menjadi Museum Pusat. Berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 092/0/1979 tanggal 28 Mei 1979 menjadi Museum Nasional.

Museum Nasional tidak hanya memiliki fungsi sebagai lembaga studi dan penelitian warisan budaya bangsa tapi juga berfungsi sebagai pusat informasi yang bersifat edukatif, kultural dan rekreatif. Sejarah panjang Museum Nasional tersebut menjadikan museum ini museum terbesar dan tertua di Indonesia.

Koleksi Museum




Museum Nasional memiliki banyak koleksi benda-benda budaya dari seluruh Nusantara. Di antaranya termasuk koleksi arca-arca, prasasti yang berasal dari kerajaan-kerajaan di Nusantara dan benda-benda seni budaya serta beraneka ragam benda-benda yang digunakan pada upacara tradisi dan ritual dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia.

Hingga saat ini koleksi yang dikelola Museum Nasional berjumlah lebih dari 141.000. benda, terdiri atas tujuh jenis koleksi yaitu koleksi prasejarah, arkeologi, keramik, numismatik dan heraldik, sejarah, etnografi dan geografi. Koleksi tersebut dapat disaksikan dalam 9 ruangan berbeda, yaitu: Ruang Etnografi, Ruang Perunggu, Pra-Sejarah, Ruang Keramik, Ruang Tekstil, Ruang Numismatik & Heraldik, Ruang Relik Sejarah, Ruang Patung Batu, dan Ruang Khazanah.

Dahulu Museum Nasional juga memiliki perpustakaan yang menyimpan koleksi berupa naskah-naskah manuskrip kuno, namun setelah gedung Perpustakaan Nasional RI yang terletak di Jalan Salemba 27 Jakarta Pusat didirikan, naskah-naskah tersebut dan koleksi perpustakaan Museum Nasional kini disimpan di Perpustakaan Nasional.

Sumber koleksi banyak berasal dari penggalian arkeologis, hibah kolektor sejak masa Hindia Belanda dan juga pembelian. Koleksi keramik dan koleksi etnografi Indonesia di museum ini terbanyak dan terlengkap di dunia. Museum ini merupakan museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara. 

Selasa, 01 Juli 2014

Borobudur salah satu peninggalan terbaik dunia


BOROBUDUR

Borobudur adalah salah satu candi peninggalan sejarah yang sangat indah dan terbaik di dunia yang tercatat didalam Daftar Peninggalan Sejarah Dunia. Candi Borobudur adalah suatu bangunan agama Budha terbesar di dunia dan telah diakui sebagai peninggalan sejarah terbesar yang pernah dibuat oleh manusia dan sampai saat ini pun selalu didatangi oleh jutaan turis domestik maupun mancanegara. Borobudur mempunyai bentuk bangunan yang tiadak ada tandingannya di dunia. Bentuk arsitekturnya pun terinspirasi dari filsafat micro cosmos yang akan menimbulkan berbagai pertanyaan seperti kapan, bagaimana caranya, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membangun dan oleh siapa candi itu di bangu.

Jawaban yang pasti akan hal tersebut pun sampai saaat ini masih menjadi sebuah misteri karena tidak adanya satu dokumen pun yang bisa ditemukan. Berdasarkan tulisan singkat yang ada pada prasasti yang ditemukan, maka banyak para ahli menyatakan bahwa Borobudur itu dibangun pada sekitar abad ke 8 ketika Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra memerintah kerajaannya di Jawa Tengah. Borobudur memilikia arti yang samar-samar, akan tetapi sebenarnya kata tersebut merupakan gabungan dari sebuah kata "Bara" dan "Budur". Bara berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti komplek candi atau biara, sementara Budur mengingatkan akan kata dari Bahasa Bali yang berarti di atas. jadi, Borobudur berarti biara yang terletak di atas bukit.

Borobudur adalah sebuah bangunan yang memiliki ornamen yang mengandung fosofi dimana ornamen-ornamen itu mempunyai symbol kesatuan dalam perbedaan yang dapat diikuti oleh semua orang untuk mencapai tujuan hidup yang paling mulia. Relief-relief yang terpahat pada tembok-tembok candi menceritakan akan ajaran hidup manusia yang sangat indah. Dengan kata lain, Borobudur adalah jiwa dari seni, budaya dan filsafat.

Borobudur juga merupakan Candi Budha terbesar di dunia yang menajadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia. berada disebelah Barat Laut kota Yogyakarta, kurang lebih sejauh 42 km. yang Dibangun pada abad ke 8, dengan kerja keras serta keringat yang membasahi dibawah teriknya sinar matahari daerah tropis, ditunjang dengan ketekunan para pekerja dan dedikasi yang tinggi dari kerabat dan rakyat wangsa Cailendra yang berkuasa pada saat itu. Candi itu benar-benar memperlihatkan kebesaran dan kemakmuran rakyat kerajaan Cailendra, yang berusaha menggambarkan riwayat hidup Sidharta Gautama dan menjelaskan ajaran-ajarannya melalui relief-relief yang terukiir indah pada dinding candi.


keindahan alam yang berada disekeliling candi dapat dilihat dari bukit, gunung Sumbing yang merupakan salah satu type gunung indah dan type gunung berapi yang ada di Jawa Tengah pulau Jawa yang mengeluarkan asap terlihat di sebelah barat di antara awan yang bergerak. Bangunan ini adalah salah satu peninggalan nenek moyang kita yang sangat berharga, bukan hanya bagi bangsa Indonesai tapi sebagai warisan dunia.

Bangsa Indonesia juga patut berbangga, karena selain candi yang sering disebut-sebut sebagai salah satu keajaiban dunia -- dan mengundang minat orang dari seluruh penjuru dunia untuk mengunjunginya -- Di sebelah barat candi Buddha ini juga membujur Pegunungan Menoreh, yang terlihat seperti seseorang yang sedang tidur. Bahkan ada juga cerita menyebutkan, bahwa itu adalah sang Gunadharma yang sedang tidur setelah selesai melakukan pembangunan Candi Borobudur. Konon, sang Gunadharma akan bangkit 1.000 tahun setelah tidur panjangnya untuk kembali memimpin bangsanya.

Lantas apa arti dari relief-relief yang terdapat pada dinding-dinding candi? Ukiran relief yang terdapat di dinding candi yang didalamnya mengandung banyak ajaran moral dan etika bagi masyarakat Jawa kuno, yang pada masa itu sengaja dimanfaatkan oleh para penguasa untuk menghindari konflik, perselisihan, dendam, serta untuk menanamkan saling pengertian satu sama lain . beberapa candi di Jawa Tengah, seperti Candi Mendut, Prambanan, dan Sojiwan, mengusung pesan-pesan itu. Selain itu, relief-relief candi juga menggambarkan kemakmuran dan kemajuan peradaban masyarakt waktu itu.

Tidak banyak catatan yang menyebutkan. Hanya saja, arkeolog JG de Casparis mengkaitkan
pembangunan Candi Borobudur itu dengan asal usul raja-raja Sailendra yang beragama Buddha. Dalam salah satu prasasti yang bertarikh 842 Masehi terdapat kalimat kamulan I bhumi sambhara. Candi Borobudur itu sendiri setelah melalui masa kejayaannya, kemudian berangsur-angsur ditinggalkan dan akhirnya hanya menjadi onggokan yang banyak ditumbuhi pepohonan. Baru kemudian pada abad ke-18 Masehi, terdapat catatan yang menyebut Borobudur. Persisnya, di dalam Babad Tanah Jawi. Dikisahkan bahwa seorang pemberontak, Mas Dono yang melawan Sri Susuhunan Paku Buwono I, tertangkap di Desa Borobudur. Setengah abad kemudian, muncul lagi catatan, kali ini seorang pangeran dari Kasultanan Yogyakarta yang menyaksikan seribu arca di Borobudur.

Setelah kembali sepi dari perbincangan dan catatan tertulis, Borobudur mendapat perhatian dari Sir Thomas Stamfford Raffles. Pada 1834, ketika berkunjung ke Semarang, Raffles mendapat berita tentang temuan bangunan kuno yang terpendam dalam tanah. Raffles kemudian mengirimkan seorang perwira militer, Cornelius untuk membuktikan kebenarannya. Saat mengunjungi Borobudur, Cornelius dibantu dengan penduduk setempat membersihkan bangunan itu dari semak belukar dan tanaman yang tumbuh di atasnya. Pekerjaan membersihkan itu berakhir 1835 hingga seluruh bangunan terlihat.

Borobudur memiliki langgam candi yang sering disebut langgam Jawa Tengah Selatan. Ini berbeda dengan langgam Jawa Tengah Utara sebagaimana yang diwakili candi-candi Dieng, Gedongsongo dan lainnya, serta berbeda pula dengan candi-candi Jawa Timur. Ciri langgam Jawa Tengah Selatan ini antara lain bentuknya tambun, kebanyakan terbuat dari batu andesit, atapnya nyata berundak-undak, pintu berhiaskan kala makara, reliefnya timbul agak tinggi, kebanyakan menghadap ke timur, dan letak candi utama berada di tengah halaman.

Sementara itu, bangunan Candi Borobudur sebagai bentuk stupa, memiliki tiga tingkatan utama, yakni Kamadhatu, Rupadhatu, dan Arupadhatu. Kamadhatu, bagian kaki, saat ini sudah tidak terlihat. Yang ada sekarang adalah batu-batu polos yang mencapai lebih dari 11.000 meter kubik menutup bagian kaki yang sebenarnya. Diperkirakan, pada saat bangunan ini sedang dibuat, batu-batu menjadi melesak ke dalam dan perlu ditambah dengan batu penguat baru yang kemudian menutupi batu asli. Pada bagian ini terdapat relief yang menceritakan Karmawibhangga yang melukiskan sebab dan akibat. Di atasnya, Rupadhatu, terdiri dari empat lorong bujur sangkar dan tiap lorong terdapat pagar langkan. Di bagian ini terdapat relief yang memuat cerita Gandaywuha, Lalitawistara, Awadana, dan Jataka. Kemudian memasuki tingkat atasnya lagi Arupadhatu. Sebelum memasuki tingkatan Arupadhatu, akan memasuki dataran berbentuk bujur sangkar tetapi tembok dalamnya sudah berbentuk lingkaran. Tidak seperti stupa-stupa yang berada di bagian bawahnya, pada stupa di Arupadhatu tidak ditemukan kisi-kisinya lagi.

Candi Borobudur, sebagai sebuah monumen raksasa memang patut untuk dikunjungi dan dijaga kelestariannya. Betapa tidak, bangunan ini juga memuat setidaknya 11 seri relief dengan tidak kurang dari 1.460 adegan. Sementara itu, di lingkungan Candi Borobudur juga bisa ditemukan arca dalam jumlah sangat banyak. Arca Buddha yang ada sangat mudah dikenali. Sang Buddha digambarkan dalam posisi duduk dengan mengenakan pakaian rahib, bahu kanan terbuka. Di bagian kepalanya terdapat semacam gelungan rambut yang disebut ushita, rambut ikal melingkar ke arah kanan, dan di antara kedua alis terdapat tonjolan kecil yang disebut urba.

Patung Buddha yang sendirian tidak pernah memegang sesuatu di tangannya kecuali yang ada dalam relief. Namun tangannya selalu menunjukkan sikap tertentu (mudra). Sedangkan di relung-relung di atas pagar langkan tingkat pertama terdapat patung Manushi Buddha yang menghadap ke luar. Tiap arah tertentu ditempati oleh Manushi Buddha tertentu pula. Di timur ditempati Kanakamuni, selatan Kacyapa, barat Cakyamudi, dan utara Maitreya. Masih ada lagi patung-patung Dhyani Buddha. (deni:berbagai sumber)