Tradisi Nyandran, Sebagai Ungkapan Refleksi Sosial Dan Keagamaan Masyarakat Jawa - Nyadran yang berarti sandaran adalah suat ungkapan refleksi sosial dan keagamaan, kagiatan ini biasanya dilakukan oleh para masyarakat Jawa, dan merupakan kegiatan tahunan, kegiatab Nyandran ini berupa menziarahi makam para leluhur yang telah mendaahului, Ritus ini dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Nyadran dalam tradisi Jawa biasanya dilakukan pada bulan tertentu, seperti menjelang bulan Ramadhan, yaitu Sya'ban atau Ruwah.
Nyadran dengan ziarah kubur merupakan dua ekspresi kultural keagamaan yang memiliki kesamaan dalam ritus dan objeknya. Perbedaannya hanya terletak pada pelaksanaannya, di mana nyadran biasanya ditentukan waktunya oleh pihak yang memiliki otoritas di daerah, dan pelaksanaannya dilakukan secara kolektif.
Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai-nilai Islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami.
Budaya masyarakat yang sudah melekat erat menjadikan masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran masih kental dengan budaya Hindhu-Buddha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai-nilai Islam oleh Wali Songo.
Secara sosio-kultural, implementasi dari ritus nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam-makam leluhur, selamatan (kenduri), membuat kue apem, kolak, dan ketan sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa. Nyadran juga menjadi ajang silaturahmi keluarga dan sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya, dan keagamaan.
Prosesi ritual nyadran biasanya dimulai dengan membuat kue apem, ketan, dan kolak. Adonan tiga jenis makanan dimasukkan ke dalam takir, yaitu tempat makanan terbuat dari daun pisang, di kanan kiri ditusuki lidi (biting). Kue-kue tersebut selain dipakai munjung/ater-ater (dibagi-bagikan) kepada sanak saudara yang lebih tua, juga menjadi ubarampe (pelengkap) kenduri. Tetangga dekat juga mendapatkan bagian dari kue-kue tadi. Hal itu dilakukan sebagai ungkapan solidaritas dan ungkapan kesalehan sosial kepada sesama.
Selesai melakukan pembersihan makam, masyarakat kampung menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam atau lahan kosong yang ada di sekitar makam leluhur (keluarga). Kenduri dimulai setelah ada bunyi kentongan yang ditabuh dengan kode dara muluk (berkepanjangan). Lalu seluruh keluarga dan anak-anak kecil serta remaja hadir dalam acara kenduri itu.
Tiap keluarga biasanya akan membawa makanan sekadarnya, beragam jenis, lalu duduk bersama dalam keadaan bersila. Kemudian, kebayan desa membuka acara, isinya bermaksud untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada warga yang sudah bersedia menyediakan makanan, ambengan, dan lain-lain termasuk waktunya. Setelah itu, Mbah Kaum (ulama lokal) yang sudah dipilih menjadi rois, maju untuk memimpin doa yang isinya memohon maaf dan ampunan atau dosa para leluhur atau pribadi mereka kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Doanya menggunakan tata cara agama Islam, warga dan anak-anak mengamini. Suasana ceria anak-anak tergambar dengan semangat melafalkan amin sambil berteriak. Selesai berdoa, semua yang hadir mencicipi makanan yang digelar.
Pada saat itu ada yang tukar-menukar kue, ada yang asyik ngobrol dengan kanan-kiri, maklum beberapa warga pulang dari perantauan hadir dalam kenduri. Biasanya Mbah Kaum diberi uang wajib dan makanan secukupnya, sedangkan yang tak hadir atau si miskin diberi gandhulan, nasi, kue yang dikemas khusus kemudian diantar ke rumah yang sudah disepakati diberi gandhulan.
Dari tata cara tersebut, jelas nyadran tidak sekadar ziarah ke makam leluhur, tetapi juga ada nilai-nilai sosial budaya, seperti budaya gotongroyong, guyub, pengorbanan, ekonomi. Bahkan, seusai nyadran ada warga yang mengajak saudara di desa ikut merantau dan bekerja di kota-kota besar.
Di sini ada hubungan kekerabatan, kebersamaan, kasih sayang di antara warga atau anggota trah. Di samping itu, semakin jelas adanya nilai transformasi budaya dan tradisi dari yang tua kepada yang muda.
Mengenai pola keberagamaan yang ada di Jawa, C Geertz (1981) melalui penelitiannya di Mojokerto menghasilkan sebuah konsep keberagamaan masyarakat yang bersifat abangan, santri, dan priayi. Ketiganya merupakan akumulasi dari hasil akulturasi budaya lokal masyarakat, Hidhu-Buddha dengan nilai-nilai Islam. Pola interaksi antara budaya lokal dan nilai Islam menjadikan Islam warna-warni.
Kamis, 26 Mei 2016
Rabu, 25 Mei 2016
Bakar Batu, Tradisi Dan Budaya Masyarakat Papua
Bakar Batu, Tradisi Dan Budaya Masyarakat Papua - Lelaki tua dengan ikat kepala kebesarannya berlari-lari kecil mendatangi setiap Honai, rumah khas Papua. Dengan teriakan khasnya, satu persatu orang-orang keluar dari honainya. Para lelaki langsung sigap mempersiapkan peralatan berburunya sedangnya para wanita berkeliling mengumpulkan dedaunan, umbi-umbian, batu serta kayu kiring untuk dibakar.
Papua, pulau paling timur Nusantara ini memiliki potensi pulau yang indah dan keunikan tradisinya. Papua menyimpan berbagai warisan kebudayaan yang harus dilestarikan agar tidak punah adat istiadat yang telah diciptakan oleh leluhur kita.Salah satu keunikan kebudayaan Papua adalah dengan adanya upacara tradisional yang dinamakan dengan Bakar Batu.
Tradisi ini merupakan salah satu tradisi terpenting di Papua yang berfungsi sebagai tanda rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, penyambutan tamu atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang. Bahkan sebagai sarana untuk mencari jodoh, mendamaikan suku yang berberang hingga meresmikan bangunan.
Namun kalau ditilik kebelakang, bakar batu pada awalnya merupakan salah satu cara masyarakat Papua dalam mengolah makanan (memasak). Pada perkembangannya, tradisi ini mempunyai berbagai nama, misalnya masyarakat Paniai menyebutnya Gapiia, masyarakat Wamena menyebutnya Kit Oba Isogoa. sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan istilah Barapen. Namun istilah yang paling umum digunakan untuk Tradisi Bakar Batu ini ialah barapen
Lazimnya sebuah upacara, tradisi bakar batu juga memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui. Persiapan awal tradisi ini masing-masing kelompok menyerahkan babi sebagai persembahan, sebagian ada yang menari, lalu ada yang menyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Proses membakar batu awalnya dengan cara menumpuk batu sedemikian rupa kemudian mulai dibakar sampai kayu habis terbakar dan batu menjadi panas.
Kemudian setelah itu, babi telah dipersiapkan untuk dipanah terlebih dahulu. Biasanya yang memanah babi adalah para kepala suku dan dilakukan secara bergantian. Ada pandangan yang cukup unik dalam ritual memanah babi ini. !etika semua kepala suku sudah memanah babi dan babi langsung mati, pertanda acara akan sukses. Sedangkan jika babi tidak langsung mati, diyakini acara ini tidak akan sukses.
Jika tujuan acara bakar batu ini adalah untuk upacara kematian, maka prosesinya beda lagi. Dalam hal ini, beberapa kerabat membawa babi sebagai tanda belasungkawa mereka. Jika tidak membawa babi, mereka akan membawa bungkusan yang berisi tembakau, rokok kretek, kopi, garam, gula, minyak goreng dan ikan asin. Hal lain yang dilakukan yaitu ketika mengucapkan belasungkawa, maka masing-masing harus berciuman pipi dan berpelukan erat.
Tahap berikutnya adalah memasak babi tersebut. Para lelaki mulai menggali lubang yang cukup dalam, kemudian batu panas dimasukan ke dalam galian yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang sebagai penghalang agar uap panas batu tidak menguap. Di atas batu panas diberikan dedaunan lagi, baru setelah itu disimpan potongan daging babi bersama dengan sayuran dan ubi jalar.
Dengan menggunakan apando yaitu jepit kayu khusus, batu-batu yang telah panas tadi pun dipindahkan dan didudu di atas daun-daunan tadi. Setelah itu dilapisi lagi dengan alang-alang. Barulah di atasnya dimasukkan daging babi. Selanjutnya, babi bakar tersebut ditutup lagi dengan daun-daunan. Tak lupa setelah itu, batu-batu panas kembali diletakkan di atasnya dan dilapisi lagi dengan menggunakan rumput-rumputan yang tebal.
Umbi-umbian dan sayur-sayuran yang telah disiapkan tadi pun diletakkan lagi di atasnya dan kembali ditutup dengan daun-daunan. Terakhir barulah menaburinya dengan tanah dengan tujuan agar panas yang berasal dari batu tidak menguap. Kemudian menunggu sekitar 60 sampai 90 menit sampai daging babi matang dan tidak lupa untuk memberikan garam dan penyedap rasa.
Setelah makanan matang, semua suku Papua berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan mulai makan bersama. Tradisi ini dipercaya bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.
Ketika hidangan matang, para ibu akan membagikan sayur-mayur dan ubi-ubian kepada tiap-tiap kelompok, sementara kepala suku dan asistennya akan mengangkat dan memotong-motong daging babi yang dimasak. Daging babi yang dimasak harus cukup untuk setiap orang yang datang.
Setelah daging-daging dipotong sejumlah undangan yang hadir atau lebih, seorang ibu akan datang membawa noken (tas tradisional Papua) dan memasukkan daging-daging itu ke dalam noken untuk selanjutnya membagikan kepada kelompok-kelompok warga yang hadir.
Proses memakan makanan yang telah dimasak dimulai dengan kepala suku, kemudian anggota sukunya. Aturan lazim dalam upacara bakar batu adalah setiap orang wajib menikmati hidangan di tempat acara dan tidak sebaiknya membawa pulang daging tersebut.
Selesai makan biasanya mereka mengadakan acara goyang. Acara goyang diiringi dengan musik dan lagu daerah mereka yang namanya weya rabo/ wisisi dan besek. Melalui acara goyang ini juga dijadikan ajang mencari jodoh atau saling jatuh cinta antara pria dan wanita.
Pesta Bakar Batu merupakan acara yang paling dinantikan warga Papua. Mereka bahkan rela meninggalkan dan menelantarkan ladang dangan tidak bekerja selama berhari-hari untuk mempersiapkan pesta ini. Selain itu, mereka juga bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar untuk membiayai pesta ini.
Papua, pulau paling timur Nusantara ini memiliki potensi pulau yang indah dan keunikan tradisinya. Papua menyimpan berbagai warisan kebudayaan yang harus dilestarikan agar tidak punah adat istiadat yang telah diciptakan oleh leluhur kita.Salah satu keunikan kebudayaan Papua adalah dengan adanya upacara tradisional yang dinamakan dengan Bakar Batu.
Tradisi ini merupakan salah satu tradisi terpenting di Papua yang berfungsi sebagai tanda rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, penyambutan tamu atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang. Bahkan sebagai sarana untuk mencari jodoh, mendamaikan suku yang berberang hingga meresmikan bangunan.
Namun kalau ditilik kebelakang, bakar batu pada awalnya merupakan salah satu cara masyarakat Papua dalam mengolah makanan (memasak). Pada perkembangannya, tradisi ini mempunyai berbagai nama, misalnya masyarakat Paniai menyebutnya Gapiia, masyarakat Wamena menyebutnya Kit Oba Isogoa. sedangkan masyarakat Biak menyebutnya dengan istilah Barapen. Namun istilah yang paling umum digunakan untuk Tradisi Bakar Batu ini ialah barapen
Lazimnya sebuah upacara, tradisi bakar batu juga memiliki tahapan-tahapan yang harus dilalui. Persiapan awal tradisi ini masing-masing kelompok menyerahkan babi sebagai persembahan, sebagian ada yang menari, lalu ada yang menyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Proses membakar batu awalnya dengan cara menumpuk batu sedemikian rupa kemudian mulai dibakar sampai kayu habis terbakar dan batu menjadi panas.
Kemudian setelah itu, babi telah dipersiapkan untuk dipanah terlebih dahulu. Biasanya yang memanah babi adalah para kepala suku dan dilakukan secara bergantian. Ada pandangan yang cukup unik dalam ritual memanah babi ini. !etika semua kepala suku sudah memanah babi dan babi langsung mati, pertanda acara akan sukses. Sedangkan jika babi tidak langsung mati, diyakini acara ini tidak akan sukses.
Jika tujuan acara bakar batu ini adalah untuk upacara kematian, maka prosesinya beda lagi. Dalam hal ini, beberapa kerabat membawa babi sebagai tanda belasungkawa mereka. Jika tidak membawa babi, mereka akan membawa bungkusan yang berisi tembakau, rokok kretek, kopi, garam, gula, minyak goreng dan ikan asin. Hal lain yang dilakukan yaitu ketika mengucapkan belasungkawa, maka masing-masing harus berciuman pipi dan berpelukan erat.
Tahap berikutnya adalah memasak babi tersebut. Para lelaki mulai menggali lubang yang cukup dalam, kemudian batu panas dimasukan ke dalam galian yang sudah diberi alas daun pisang dan alang-alang sebagai penghalang agar uap panas batu tidak menguap. Di atas batu panas diberikan dedaunan lagi, baru setelah itu disimpan potongan daging babi bersama dengan sayuran dan ubi jalar.
Dengan menggunakan apando yaitu jepit kayu khusus, batu-batu yang telah panas tadi pun dipindahkan dan didudu di atas daun-daunan tadi. Setelah itu dilapisi lagi dengan alang-alang. Barulah di atasnya dimasukkan daging babi. Selanjutnya, babi bakar tersebut ditutup lagi dengan daun-daunan. Tak lupa setelah itu, batu-batu panas kembali diletakkan di atasnya dan dilapisi lagi dengan menggunakan rumput-rumputan yang tebal.
Umbi-umbian dan sayur-sayuran yang telah disiapkan tadi pun diletakkan lagi di atasnya dan kembali ditutup dengan daun-daunan. Terakhir barulah menaburinya dengan tanah dengan tujuan agar panas yang berasal dari batu tidak menguap. Kemudian menunggu sekitar 60 sampai 90 menit sampai daging babi matang dan tidak lupa untuk memberikan garam dan penyedap rasa.
Setelah makanan matang, semua suku Papua berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan mulai makan bersama. Tradisi ini dipercaya bisa mengangkat solidaritas dan kebersamaan rakyat Papua.
Ketika hidangan matang, para ibu akan membagikan sayur-mayur dan ubi-ubian kepada tiap-tiap kelompok, sementara kepala suku dan asistennya akan mengangkat dan memotong-motong daging babi yang dimasak. Daging babi yang dimasak harus cukup untuk setiap orang yang datang.
Setelah daging-daging dipotong sejumlah undangan yang hadir atau lebih, seorang ibu akan datang membawa noken (tas tradisional Papua) dan memasukkan daging-daging itu ke dalam noken untuk selanjutnya membagikan kepada kelompok-kelompok warga yang hadir.
Proses memakan makanan yang telah dimasak dimulai dengan kepala suku, kemudian anggota sukunya. Aturan lazim dalam upacara bakar batu adalah setiap orang wajib menikmati hidangan di tempat acara dan tidak sebaiknya membawa pulang daging tersebut.
Selesai makan biasanya mereka mengadakan acara goyang. Acara goyang diiringi dengan musik dan lagu daerah mereka yang namanya weya rabo/ wisisi dan besek. Melalui acara goyang ini juga dijadikan ajang mencari jodoh atau saling jatuh cinta antara pria dan wanita.
Pesta Bakar Batu merupakan acara yang paling dinantikan warga Papua. Mereka bahkan rela meninggalkan dan menelantarkan ladang dangan tidak bekerja selama berhari-hari untuk mempersiapkan pesta ini. Selain itu, mereka juga bersedia mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar untuk membiayai pesta ini.
Selasa, 24 Mei 2016
Tempat Wisata Wajib Anda Kunjungi Di Sukabumi
Tempat Wisata Wajib Anda Kunjungi Di Sukabumi - Sukabumi merupakan salah satu kota/kabupaten di Jawa Barat. Ada banyak sekali tempat wisata di sukabumi yang menarik untuk dikunjungi. Selain tempat wisata di Bandung, sukabumi juga menjadi salah satu destinasi wisata warga jakarta di saat liburan atau akhir pekan tiba.
Demikian informasi yang dapat saya sampaikan tentang Tempat Wisata Wajib Anda Kunjungi Di Sukabumi Semoga bermanfaat dan silahkan dibagikan.
Jarak suka bumi dari jakarta hanya sekitar 120 Km, dan dari Bangung sekitar 100 Km. Pesona alam sukabumi yang indah membuatnya menjadi tempat favorit untuk menghabiskan waktu liburan bersama keluarga atau pasangan tercinta. Kota Sukabumi sendiri berbatasan langusng dengan Kabupaten Cianjur (timur), Kabupaten Bogor (utara), Kabupaten Lebak (barat), dan Samudra Hindia (selatan).
Oh ya travelers, perlu kamu ketahui bahwa Sukabumi merupakan daerah di Jawa Barat yang memiliki dua bentuk administrasi yang berbeda yakni kabupaten Sukabumi dan kota Sukabumi. Nah, saya ingin mengajak anda untuk keliling di Sukabumi, di kota dan kabupatennya. Setidaknya ada 19 Tempat wisata di sukabumi Jawa Barat yang wajib dikunjungi, apa saja? Yuk simak berikut ini:
Tempat Wisata di Sukabumi Jawa Barat
1. Tempat Wisata Pantai Cibangban di Sukabumi
Tempat wisata di Sukabumi yang pertama harus kamu kunjungi adalah pantai Cibangban. Pantai ini terkenal dengan keindahan pemandangan di sekitarnya. Selain itu, Pantai Cibangban juga sangat cocok untuk mandi-mandi sama anak-anak, karena ombak disini tidak besar seperti di Pelabuhan ratu.
Jadi kalau kamu mau main air atau main pasir, disini tempatnya. Oh ya travelers, untuk mencapai Pantai Cibangban, anda harus mengambil jalan yang menuju ke Cisolok. Lama perjalanan dari Pelabuhan Ratu kurang lebih adalah 1 jam.
2. Tempat wisata Goa Buniayu Sukabumi
Tempat wisata alam di SUkabumi yang juga harus kamu kunjungi adalah Goa Buniayu. Goa ini menjadi tempat wisata favorit pecinta petualangan. Goa yang terbentuk karena proses pengangkatan tektonik lempeng berjuta tahun yang lalu ini kini menjadi tempat wisata yang seru untuk dikunjungi Maka tak heran kalau banyak dijumpai fosil-fosil koral laut di dinding-dinding goa. Cara terbaik untuk mendapatkan semua informasi yang berkaitan dengan goa Buniayu adalah dengan menggunakan jasa pemandu.
Bagaimana? Anda tertarik berpetualang di Goa Buniayu? Tapi anda harus mempersiapkan fisik ya, karena lama perjalanan dalam goa sekitar 5 jam, tenaga anda akan terkuras habis karena medan yang ditempuh tidak hanya berupa jalan lurus saja, melainkan melewati danau lumpur, berpegangan pada pinggir tebing, memanjat tebing, melewati tumpukan batu, dan lain-lain.
3. Tempat Wisata Pantai Ujung Genteng Sukabumi
Pantai ujung genteng merupakan salah satu destinasi siwata favorit wisatawan yang berlibur ke Sukabumi. Pantai ini memang jaraknya cukup jauh dari Jakarta, menempuh sekitar 220 KM. Namun dengan jarak yang jauh itu akan terbayar setelah kita sampai di pantai ini.
Pemandangannya yang inda, pasir putihnya yang terhampar, ombaknya yang menantang untuk berselancar memmbuat jarak yang jauh menjadi tidak masalah. Kalau anda punya hobi mancing, jangan lupa bawa pancing kesini ya.
4. Tempat Wisata Pantai Cimaja Sukabumi
Salah satu tempat berselancar terbaik yang ada di Indonesia ada di Sukabumi. Bagi pecinta surfing tentu kenal dengan pantai yang satu ini, yaitu pantai Cimaja. Pantai ini merupakan tempat wisataa favorit di Sukabumi bagi pecinta selancar. Pantai Cimaja menghadirkan ombak pantai selatan yang sangat pas untuk penggemar surfing. Bahkan, di pantai Cimaja ini cukup sering diadakan event surfing skala nasional
Pantai Cimaja juga memiliki penorama yang indah. Nah, pantai ini harus masuk dalam daftar tempat wisata di Sukabumi yang akan anda kunjungi. Adapun lokasinya ada di Desa Cimaja, sekitar 10 KM dari Pelabuhan Ratu.
5. Tempat Wisata Taman Rekreasi Selabintana Sukabumi
Salah satu objek wisata yang dekat dengan pusat Kota Sukabumi adalah Taman Rekreasi Selabintana. Objek wisata ini menawarkan keindahan dan kesejukan taman. Rumputnya yang bersih, dan areal tempat bermainnya yang luas menjadikan taman ini tempat wisata keluarga favorit di Sukabumi yang harus anda kunjungi.
Anda bisa menggelar tikar, bahkan bisa juga guling-guling di rumputnya langsung. Sangat ideal sekali untuk bermain anak-anak. Anda hanya harus membayar Rp 5,000 untuk dapat masuk.
Taman ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti kolam renang, area parkir yang aman, mushola, toilet, kawasan bermain, lokasi kemah, penginapan, perkebunan teh, hutan lindung, permainan ATV, permainan flying fox, dan fasilitas lainnya.anda sudah dapat menikmati Taman Rekreasi Selabintana yang terletak sekitar 7 KM di utara kota Sukabumi. Fasilitas yang dimiliki oleh Taman Rekreasi Selabintana yaitu:
6. Tempat Wisata Situ Gunung Sukabumi
Salah satu tempat wisata alam di Sukabumi yang wajib dikunjungi adalah Situ Gunung. Situ Gunung memiliki pemandangan alam yang begitu asri, memberikan kesejukan dan ketentraman bagi siapa saja yang datang berkunjung ke tempat ini.
Situ atau Danau ini terletak di di kaki gunung Gede Pangrango, sehingga sudah bisa ditebak bahwa suasana disana pasti asik. Danau ini memiliki camping ground yang bisa kamu gunakan untuk camping ceria. Juga terdapat penginapan kalau kamu tidak terbiasa camping. Selain udara yang sejuk, Situ Gunung juga menyajikan pemandangan alam yang begitu mempesona.
7. Tempat Wisata Kawah Ratu Sukabumi
Kawah ratu merupakan salah satu destinasi wisata favorit bag pendaki. Untuk mencapai kawah ratu, anda harus berjalan sekitar 3 jam. Usahakan untuk mendaki pada siang atau pagi hari. Berlokasi di lereng Gunung Salak, Kawah Ratu adalah sebuah kawah aktif yang mengeluarkan uap panas.
8. Objek Wisata Sungai Citarik Sukabumi
Bagi anda pecinta arung jeram, sungai Citarik harus menjadi destinasi wisata tujuan anda di Sukabumi. Selain untuk olahraga arung jeram disini juga ada banyak permaian seperi flying fox, team building, paint ball, dan lain-lain. Biasanya Sungai Citarik sering digunakan untuk kegiatan rekreasi perusahaan karena sifatnya yang membangun kerja sama tim.
Di Sukabumi ada satu desa yang dijadikan sebagai objek wisata budaya. Kampung Ciptagelar menjadi salahsatu tempat wisata budaya di Sukabumi yang wajib anda singgahi. Letaknya di Kecamatan Cisolok, Sukabumi. Desa ini sudah ada sekitar 650 tahun dengan adat turun temurun sehingga berkunjung ke Kampung Ciptagelar akan menjadi sebuah pengalaman yang unik dan tak terlupakan. Untuk dapat menikmati wisata budaya Kampung Ciptagelar, anda harus melewati perjalanan yang cukup sulit, namun semuanya akan terbayar karena kebudayaan Kampung Ciptagelar adalah kebudayaan yang tak dapat anda jumpai di tempat lain.
10. Objek Wisata Sungai Cicatih Sukabumi
Satu lagi tempat wisata di Sukabumi yang bisa anda jadikan untuk menguji adrenalin anda. Di Sungai Cicatih, arusnya lebih deras ketimbang di Sungai Citarik, dan sungainya lebih lebar, jalurnya lebih panjang, serta tantangannya lebih mendebarkan.
11. Tempat Wisata Geopark Ciletuh Sukabumi
Anda ingin mengunjungi tempat wisata alam di Sukabumi yang menawarkan keindahan alam purba? Geopark Ciletuh menjadi pilihannya. Selaib bebatuan purba, du Curug ini juga terdapat banyak sekali air terjun, diantaranya curug Cimarinjung, Cikanteh, Sodong, Awang dan Ngelay. Untuk bisa menikmati keindahan bentang alam di Geopark Ciletuh kamu bisa menggunakan jasa paket wisata yang sudah meliputi mobil 4WD yang akan membawamu menjelajah alam disana
12. Tempat Wisata Situ Sukarame di Sukabumi
Satu lagi situ atau danau yang menarik untuk dikunjungi di Sukabumi, Situ Sukarame. Situ Sukarame ada di kaki gunung Salak tepatnya di kecamatan Parakansalak, Sukabumi. Situ Sukarame dikeliling oleh hutan heterogen yang ditumbuhi pohon pinus dan damar. Di sekitar situ ini juga terdapat perkebunan teh yang membuat pemandangan semakin menawan. Tak terbayangkan keindahannya. Situ Sukarame juga merupakan tempat yang pas untuk camping ceria.
13. Tempat Wisata Curug Sawer di Sukabumi
Tempat wisata yang menarik selanjunya adalah curug sawer.14. Wana Wisata Cipelang, Wisata Alam Pegunungan Sukabumi
Objek wisata yang di SUkabumi barat yang menarik untu dikunjungi adalah Wana wisata Cipelang. Dengan luas sekitar 3 ha wilayah hutan yang berada di RPH Bacang BKPH Gede bagian Barat Sukabumi. Secara administratif, berada di desa Gunung Pangrango. Di tempat ini, semua pengunjung dapat menjelajahi alam nan menggoda disana. Untuk mencapai destinasi ini, Anda dapat memakai kendaraan beroda empat dan kondisi jalan umum sudah baik dan beraspal.
15. Objek wisata Pondok Halimun Sukabumi
Destinasi wisata yang selanjutnya adalah Pondok Halimun. Tempat wisata ini ada di Desa Gede Pangrango, Kecamatan Sukabumi. Objek wisata ini menawarkan keindahan alam dan hawa pengunungan yang masih sejuk. Di sepanjang jalan menuju lokasi, Anda juga dapat melihat perkebunan teh yang hijau terbentang sepanjang mata memandang yang menyegarkan mata. Banyak kegiatan yang menyenangkan yang bisa anda lakukan ditempat ini
16. Objek Wisata Megalitik Cengkuk Sukabumi
Tempat wisata sejarah di Sukabumi yang menarik dikunjungi adalah Situs purba Megalitik. Ada di desa cengkuk Kecamatan Cikakak, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Berawal pada tahun 2008, secara tidak disengaja, ditemukan sejumlah benda di kawasan Situs Megalitik Cengkuk. Penemuan ini menguatkan dugaan Cengkuk pernah menjadi pusat kebudayaan zaman megalitik yang terus berlanjut pada zaman logam. Benda-benda yang ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 2008 antara lain pipa rokok, gentong dari tanah, dan mangkuk dari porselen. Sebelumnya, di situs itu, tahun 2007 ditemukan genta dari prunggu dengan ukiran motif india, cawan tempat perhiasan, potongan patung kaki burung dari emas, dan potongan patung dewa syiwa. Benda-benda itu bukan peninggalan zaman megalitik, yang berarti kehidupan masyarakat terus berlanjut di sekitar Situs Cengkuk tersebut .
17. Objek Wisata Sumber Air Panas Cikundul Sukabumi
Objek wisata pemnadian air panas di Sukabumi ini cocok untuk menghilangkan rasa lelah dan mengembalikan kesegaran. Pemandian air panas ini memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Selain itu, Anda akan terpesona dengan pegunungan di sekelilingnya, serta Sungai Cimandiri sebagai daya tarik tersendiri. Salah satu keunikan sumber Air Panas Cikundul adalah alirannya hingga ke Sungai Cimandiri. Bila hujan turun, Sungai Cimandiri tetap terasa hangat. Alam di sekitar Cikundul pun cukup asri sehingga mampu menenangkan pikiran sembari berendam.
Info yang sangat menarik bagi Anda pencinta arung jeram adalah dibukanya kegiatan rafting mulai tahun 2009, menambah daftar kegiatan yang dapat dilakukan di objek wisata ini.
Lokasi:
Koordinat : 6° 58′ 40″ S, 106° 54′ 57″ E
Telepon:
Email:
Internet:
Arah:
Fasilitas: kamar rendam air panas, cottage, kolam renang dewasa, kolam renang anak-anak, tempat bermain anak-anak, dan sarana arung jeram.
Jam Buka:
Tutup: Buka tiap hari
Tiket: Rp 6.000 / pengunjung (termasuk berendam di kolam renang air panas). Untuk sema kamar pijat Rp 50 ribu, dan cottage Rp 150 ribu per hari.
18. Penangkaran Penyu Hijau di Pantai Pangumbahan
Di Sukabumi terdapat penangkaran penyu hijau. Masuk beberapa puluh meter ke dalam hutan pesisir ini, ada sebuah rumah mess dan tempat penyelamatan penyu. Untuk masuk melihat pelepasan anak-anak penyu kita membayar 10.000 untuk orang dewasa dan 5000 untuk anak-anak. setelah melewati patung Dewa Penyu kita akan menjumpai lorong hutan di mana di sisi kana kiri ada lokasi penangkaran buatan untuk menempatkan telur-telur penyu yang sudah diambil dari induk penyu yang bertelur semalam. lokasi ini di jaga 24 jam penuh dan terlindungi sehingga telur-telur penyu aman sampai menetas menjadi tukik si anak penyu.
Demikian informasi yang dapat saya sampaikan tentang Tempat Wisata Wajib Anda Kunjungi Di Sukabumi Semoga bermanfaat dan silahkan dibagikan.
Kamis, 19 Mei 2016
Tari Barong, Tarian Khas Bali Yang Bermakna Kebajikan Dan Kebatilan
Tari Barong, Tarian Khas Bali Yang Bermakna Kebajikan Dan Kebatilan - Jika kamu berkunjung ke pulau dewata Bali yak lengkap rasanya jika kamu hanya menikmati keindahan alam yang ada di Bali saja, Kamu juga harus tau tentang tradisi serta budaya yang ada di pulau bali, yang pastinya tidak kalah menarik, ada banyak sekali ragam seni budaya di Indonesia kususnya di Bali, salah satunya adalah Tari Barong, Namanya tidak asing bukan, Tari Barong ini adalah tarian khas Bali yang asalnya dari khazanah kebudayaan Pra-Hindu. Tarian Barong ini menceritakan tentang sebuah pertarungan antarakebajikan (dharma) dan kebatilan (adharma). Wujud kebajikan dilakonkan oleh Barong, yaitu penari dengan kostum binatang berkaki empat, sementara wujud kebatilan dimainkan oleh Rangda, yaitu sosok yang menyeramkan dengan dua taring runcing di mulutnya.
Untuk menonton seni pertunjukan ini, wisatawan dapat menuju Desa Batubulan melalui Kota Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali. Dari Kota Denpasar, Batubulan berjarak sekitar 10 km atau membutuhkan waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum (taksi/mobil carteran). Sementara, jika wisatawan memulai perjalanan dari Pantai Kuta atau kawasan Nusa Dua, dibutuhkan waktu + 45 menit.
Untuk menyaksikan pertunjukan Tari Barong, wisatawan domestik maupun mancanegara dikenakan biaya sebesar Rp 50.000 per orang. Dengan membayar tiket sejumlah itu, wisatawan juga akan memperoleh panduan cerita pementasan dalam bentuk cetak dengan berbagai pilihan bahasa, antara lain bahasa Indonesia, Inggris, Perancis, Italia, Jepang, dan Mandarin.
Selain menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan juga dapat menyewa jasa travel untuk menonton tarian ini. Penyedia jasa travel umumnya telah memiliki jadwal tetap pertunjukan Tari Barong di Desa Batubulan. Namun, apabila ingin lebih leluasa dengan agenda wisata yang diinginkan, wisatawan dapat menyewa mobil carteran dengan biaya sewa yang dihitung per hari.
Ada beberapa jenis Tari Barong yang biasa ditampilkan di Pulau Bali, di antaranya Barong Ket, Barong Bangkal (babi), Barong Gajah, Barong Asu (anjing), Barong Brutuk, serta Barong-barongan. Namun, di antara jenis-jenis Barong tersebut yang paling sering menjadi suguhan wisata adalah Barong Ket, atau Barong Keket yang memiliki kostum dan tarian cukup lengkap.
Kostum Barong Ket umumnya menggambarkan perpaduan antara singa, harimau, dan lembu. Di badannya dihiasi dengan ornamen dari kulit, potongan-potongan kaca cermin, dan juga dilengkapi bulu-bulu dari serat daun pandan. Barong ini dimainkan oleh dua penari (juru saluk/juru bapang): satu penari mengambil posisi di depan memainkan gerak kepala dan kaki depan Barong, sementara penari kedua berada di belakang memainkan kaki belakang dan ekor Barong.
Secara sekilas, Barong Ket tidak jauh berbeda dengan Barongsai yang biasa dipertunjukkan oleh masyarakat Cina. Hanya saja, cerita yang dimainkan dalam pertunjukan ini berbeda, yaitu cerita pertarungan antara Barong dan Rangda yang dilengkapi dengan tokoh-tokoh lainnya, seperti Kera (sahabat Barong), Dewi Kunti, Sadewa (anak Dewi Kunti), serta para pengikut Rangda.
Keistimewaan Tari Barong terletak pada unsur-unsur komedi dan unsur-unsur mitologis yang membentuk seni pertunjukan. Unsur-unsur komedi biasanya diselipkan di tengah-tengah pertunjukan untuk memancing tawa penonton. Pada babak pembukaan, misalnya, tokoh kera yang mendampingi Barong membuat gerakan-gerakan lucu atau menggigit telinga lawan mainnya untuk mengundang tawa penonton.
Sementara itu, unsur mitologis terletak pada sumber cerita yang berasal dari tradisi pra-Hindu yang meyakini Barong sebagai hewan mitologis yang menjadi pelindung kebaikan. Unsur mitologis juga nampak dalam pembuatan kostum Barong yang bahan dasarnya diperoleh dari kayu di tempat-tempat yang dianggap angker, misalnya kuburan. Unsur mitologis inilah yang membuat Barong disakralkan oleh masyarakat Bali. Selain itu, Tari Barong juga seringkali diselingi dengan Tari Keris (Keris Dance), di mana para penarinya menusukkan keris ke tubuh masing-masing layaknya pertunjukan debus.
Tari Barong dapat disaksikan di beberapa tempat di Kabupaten Gianyar, Bali, di antaranya di Pura Dalem Ubud yang biasanya mulai dipentaskan pada jam 19.30 WITA, serta di beberapa sanggar seni di Desa Batubulan yang dipentaskan pada jam 09.30 WITA.Untuk menonton seni pertunjukan ini, wisatawan dapat menuju Desa Batubulan melalui Kota Denpasar, Ibu Kota Provinsi Bali. Dari Kota Denpasar, Batubulan berjarak sekitar 10 km atau membutuhkan waktu sekitar 15 menit menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum (taksi/mobil carteran). Sementara, jika wisatawan memulai perjalanan dari Pantai Kuta atau kawasan Nusa Dua, dibutuhkan waktu + 45 menit.
Untuk menyaksikan pertunjukan Tari Barong, wisatawan domestik maupun mancanegara dikenakan biaya sebesar Rp 50.000 per orang. Dengan membayar tiket sejumlah itu, wisatawan juga akan memperoleh panduan cerita pementasan dalam bentuk cetak dengan berbagai pilihan bahasa, antara lain bahasa Indonesia, Inggris, Perancis, Italia, Jepang, dan Mandarin.
Selain menggunakan kendaraan pribadi, wisatawan juga dapat menyewa jasa travel untuk menonton tarian ini. Penyedia jasa travel umumnya telah memiliki jadwal tetap pertunjukan Tari Barong di Desa Batubulan. Namun, apabila ingin lebih leluasa dengan agenda wisata yang diinginkan, wisatawan dapat menyewa mobil carteran dengan biaya sewa yang dihitung per hari.
Kecuali menyaksikan pertunjukan tari, salah satu agenda wisata yang bisa dilakukan di desa ini adalah berbelanja aneka cenderamata yang dijual oleh toko-toko suvenir maupun galeri seni yang ada di sepanjang jalan di Desa Batubulan. Benda-benda seni seperti patung maupun ukiran merupakan cenderamata khas dari desa ini. Apabila memerlukan akomodasi dan fasilitas seperti penginapan (losmen, hotel melati, maupun hotel berbintang), warung makan, serta tempat hiburan malam, maka wisatawan dapat menemukannya di kota terdekat, yaitu Kota Denpasar.
Demikianlah informasi yang dapat saya sampaikan tentang Tari Barong, Tarian Khas Bali Yang Bermakna Kebajikan Dan Kebatilan Semoga dapat menambah pengetahuan kamu, terima kasih dan bagikan jika berkenan
Demikianlah informasi yang dapat saya sampaikan tentang Tari Barong, Tarian Khas Bali Yang Bermakna Kebajikan Dan Kebatilan Semoga dapat menambah pengetahuan kamu, terima kasih dan bagikan jika berkenan
Senin, 16 Mei 2016
Taris Baris Tunggal, Tarian Simbol Kekuatan Prajurit Bali
Taris Baris Tunggal, Tarian Simbol Kekuatan Prajurit Bali - Budaya tari adalah sebuah budaya yang sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sebagian masyarakat Bali, Tarian bukan hanya berfungsi sebagai sarana hiburan semata, namun juga menjadi suatu pelengkap di dalam berbagai ritual keagamaan bahkan ada yang memposisikan tari ini sebagai ritual itu sendiri, dari berbagai tari tarian yang terdapat di kehidupan masyarakat Bali, terdapat salah satu jenis tari yang sarat identik sebagai tari bagi para kaum lelaki, tari tersebut adalah Tari Baris, tarian ini biasanya menjadi tari yang pertama diajarkan kepada setia[ anak laki-laki di daerah Bali sebelu, mereka menjajaki kedewasaan.
diperkirakan tari baris ini telah muncul pada pertengahan abad ke 16, dugaan tersebut muncul didasarkan oleh informasi yang terdapat pada kidung sunda dan menurut catatan sejarah yang ada, diperkirakan berasal dari tahun 1550 Masehi. Pada naskah tersebut, terdapat keterangan mengenai adanya tujuh jenis tari baris yang dibawakan dalam upacara kremasi di Jawa Timur.
Selain itu, terdapat juga keterangan bahwa pada awal kemunculannya, tari baris merupakan bagian dari ritual keagamaan di kala itu. Jenis tari baris yang berkaitan dengan ritual keagamaan disebut tari baris upacara atau tari baris gede. Tari baris jenis ini dibawakan secara kelompok oleh delapan sampai 40 orang, dengan berbagai pernak-perik pelengkap berupa senjata tradisional yang bervariasi tergantung asal daerah dari setiap tarian.
Dalam perkembangannya, sekitar abad 19, muncul varian baru dari tari baris, yaitu tari baris tunggal. Tari baris tunggal merupakan tari non-sakral yang dipentaskan sebagai hiburan rakyat. Tari baris tunggal dibawakan oleh 1-2 orang penari dan dicirikan dari gerakan para penari yang lebih energik dan busana yang lebih berwarna.
Secara visual, tari baris dapat dicirikan dari busana yang digunakan penarinya. Para penari, yang semuanya pria, menggunakan mahkota berbentuk segi tiga dihiasi kulit kerang yang berjajar vertikal di bagian atasnya. Selain itu, tubuh penari dibungkus kostum berwarna-warni yang terlihat longgar, menjuntai ke bawah, dan bertumpu pada bagian pundak. Kostum atau busana ini akan mengembang saat penari melakukan gerakan memutar dengan satu kaki, memberikan efek dramatis dalam koreografi yang dibawakan.
Gerak-gerak dalam tari baris menceritakan ketangguhan para prajurit Bali di masa lalu. Kedua pundak penari diangkat hingga hampir setinggi telinga. Kedua lengan yang nyaris selalu pada posisi horizontal dengan gerak yang tegas. Gerak khas lainnya yang ada pada tari baris adalah selendet atau gerak delik mata penari yang senantiasa berubah-ubah. Gerak ini menggambarkan sifat para prajurit yang senantiasa awas terhadap situasi di sekitarnya.
diperkirakan tari baris ini telah muncul pada pertengahan abad ke 16, dugaan tersebut muncul didasarkan oleh informasi yang terdapat pada kidung sunda dan menurut catatan sejarah yang ada, diperkirakan berasal dari tahun 1550 Masehi. Pada naskah tersebut, terdapat keterangan mengenai adanya tujuh jenis tari baris yang dibawakan dalam upacara kremasi di Jawa Timur.
Selain itu, terdapat juga keterangan bahwa pada awal kemunculannya, tari baris merupakan bagian dari ritual keagamaan di kala itu. Jenis tari baris yang berkaitan dengan ritual keagamaan disebut tari baris upacara atau tari baris gede. Tari baris jenis ini dibawakan secara kelompok oleh delapan sampai 40 orang, dengan berbagai pernak-perik pelengkap berupa senjata tradisional yang bervariasi tergantung asal daerah dari setiap tarian.
Dalam perkembangannya, sekitar abad 19, muncul varian baru dari tari baris, yaitu tari baris tunggal. Tari baris tunggal merupakan tari non-sakral yang dipentaskan sebagai hiburan rakyat. Tari baris tunggal dibawakan oleh 1-2 orang penari dan dicirikan dari gerakan para penari yang lebih energik dan busana yang lebih berwarna.
Secara visual, tari baris dapat dicirikan dari busana yang digunakan penarinya. Para penari, yang semuanya pria, menggunakan mahkota berbentuk segi tiga dihiasi kulit kerang yang berjajar vertikal di bagian atasnya. Selain itu, tubuh penari dibungkus kostum berwarna-warni yang terlihat longgar, menjuntai ke bawah, dan bertumpu pada bagian pundak. Kostum atau busana ini akan mengembang saat penari melakukan gerakan memutar dengan satu kaki, memberikan efek dramatis dalam koreografi yang dibawakan.
Gerak-gerak dalam tari baris menceritakan ketangguhan para prajurit Bali di masa lalu. Kedua pundak penari diangkat hingga hampir setinggi telinga. Kedua lengan yang nyaris selalu pada posisi horizontal dengan gerak yang tegas. Gerak khas lainnya yang ada pada tari baris adalah selendet atau gerak delik mata penari yang senantiasa berubah-ubah. Gerak ini menggambarkan sifat para prajurit yang senantiasa awas terhadap situasi di sekitarnya.